Ketiga, rasio guru di sekolah. Terlepas dari beberapa anomali, ditemukan ada sedikit korelasi antara rasio guru di sekolah dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Provinsi Bali dengan rasio tertinggi, memiliki indeks nilai tertinggi. Namun Sulawesi Tengah dengan rasio guru di sekolah kedua terendah, meraih indeks nilai yang relatif tinggi. Maluku Utara dengan rasio guru di sekolah yang rendah, memiliki indeks nilai rendah. Namun ada beberapa provinsi seperti Kalimantan Barat , DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, dan Jambi memiliki indeks nilai relatif tinggi dengan rasio guru di sekolah yang tidak terlalu tinggi.
"Meski rasio guru di sekolah tidak menjamin indeks nilai tinggi, namun rasio guru di sekolah tetap perlu berada di angka yang memadai untuk dapat mencetak indeks nilai di atas rata-rata nasional," ucapnya.
Keempat, tingkat penetrasi internet. Ada korelasi positif antara provinsi dengan tingkat penetrasi internet di atas rata-rata nasional dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Secara umum, provinsi dengan tingkat penetrasi internet di atas 47 memiliki indeks nilai yang relatif lebih tinggi dibanding provinsi dengan tingkat penetrasi internet di bawah 47. Anomali positif: Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat (top 5 province untuk mata pelajaran matematika), Sumatra Utara (top 5 province untuk mata pelajaran IPS dan semua mata pelajaran), Jambi (top 5 province untuk mata pelajaran IPS dan semua mata pelajaran).
"Penetrasi internet tinggi tidak selalu menjamin indeks nilai tinggi, tetapi penetrasi internet rendah cenderung mengakibatkan nilai indeks di bawah rata-rata nasional," bebernya.
Kelima, Produk Domestik Regional Bruto per kapita (PDRBk). Walaupun faktor ekonomi kerap dianggap berkontribusi terhadap pendidikan, namun data KSR tidak menunjukkan hal tersebut. Provinsi dengan nilai indeks tinggi seperti Bali, Sulawesi Tenggara, Jambi, dan Sumatra Utara memiliki tingkat PDRBk menengah. Sementara Riau, Kalimantan Utara, dan Papua Barat yang memiliki PDRBK tinggi, mencatat indeks nilai yang tergolong rendah. Bahkan DKI Jakarta dengan PDRBK tertinggi, tidak mencetak indeks nilai yang masuk ke dalam 5 teratas.
"Kalimantan Barat dan DIY memiliki PDRBK tergolong rendah, namun memiliki indeks nilai tergolong tinggi," katanya.
Keenam, persentase sekolah swasta per provinsi. Meski ada beberapa anomali, ada indikasi bahwa persentase sekolah swasta memiliki korelasi positif dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Provinsi dengan persentase sekolah swasta di atas 30% cenderung memiliki korelasi positif dengan indeks nilai peserta KSR SMP/MTs. Namun provinsi dengan persentase sekolah swasta tertinggi (di atas 60%), justru tidak meraih indeks nilai tertinggi, kecuali Sumatra Utara.
Bali sebagai provinsi dengan indeks nilai tertinggi memiliki persentase sekolah swasta sebesar 34,30%. Meskipun bukan jaminan, persentase sekolah swasta di sebuah provinsi memiliki dampak positif terhadap indeks nilai peserta KSR SMP/MTs.
Baca Juga: Hadapi Ketimpangan Pendidikan Saat Pandemi, Ruangguru Luncurkan Ruangpeduli