KSR SMP/MTS Sukses Digelar, Ruangguru Temukan 6 Variabel yang Pengaruhi Performa Siswa

Kamis, 28 Oktober 2021 | 17:47 WIB
KSR SMP/MTS Sukses Digelar, Ruangguru Temukan 6 Variabel yang Pengaruhi Performa Siswa
Media Briefing Ruang Guru. (Restu Fadilah/Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - RuangGuru, perusahaan teknologi pendidikan terbesar di Asia Tenggara mengumumkan bahwa mereka telah sukses menyelenggarakan Kompetisi Sains RuangGuru (KSR) untuk para siswa-siswi di tingkat SMP/MTS.

Kompetisi yang digelar pada September-Oktober 2021 ini melibatkan juri Kompetisi Sains Nasional dan Tim Olimpiade Nasional untuk 3 bidang mata pelajaran, yakni Matematika, IPA dan IPS.

KSR merupakan sebuah kompetisi sains berskala nasional di Indonesia yang bertujuan sebagai wadah pengasahan minat dan pengukuran potensi untuk mencetak siswa/siswi tangguh dan berprestasi di bidang sains dari seluruh Indonesia sedari dini.

"Harapannya, kompetisi ini juga dapat turut mempersiapkan mereka untuk berlaga di jenjang lebih tinggi seperti The International Junior Science Olympiad (IJSO)," tutur Anggini Setiawan, Head of Corporate Communication Ruangguru dalam Media Briefing secara Online pada Kamis, (28/10/2021).

Baca Juga: Hadapi Ketimpangan Pendidikan Saat Pandemi, Ruangguru Luncurkan Ruangpeduli

KSR SMP/MTs perdana ini berhasil menarik minat 12.010 pelajar SMP/MTs dari 3.448 sekolah di seluruh penjuru Indonesia. Partisipasi para pelajar berhasil memberikan temuan dan wawasan variabel yang mungkin mempengaruhi performa mereka di kompetisi ini, seperti tingkat penetrasi internet, PDRBk (Produk Domestik Regional Bruto per kapita), serta rasio guru dan tingkat kompetensinya.

"Setelah sukses mengadakan KSR untuk jenjang SMA/MA dan SMP/MTs, Ruangguru mengidentifikasi beberapa variabel yang mungkin relevan dengan performa siswa," imbuhnya.

Setidaknya ada enam variabel yang mungkin relevan dengan performa siswa. Pertama, nilai Uji Kompetensi Guru (UKG). Ada korelasi positif antara provinsi dengan UKG di atas rata-rata nasional dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Berdasarkan UKG 2015, standar UKG nasional berada di angka 55, dengan rata-rata nasional di angka 53.

"Temuan menarik lainnya adalah adanya anomali positif; beberapa provinsi dengan indeks nilai terbaik, yaitu Sulawesi Tenggara, Sumatra Utara, dan Jambi, memiliki UKG sedikit di bawah standar UKG nasional (51-54). Anomali negatif: Bengkulu, dengan UKG sesuai standar nasional, namun memiliki indeks nilai relatif rendah," imbuhnya.

Kedua, rasio guru terhadap siswa. Rasio guru dibanding siswa kerap dianggap berkontribusi terhadap kualitas pendidikan, namun data KSR tidak menunjukkan hal tersebut. Sebagian besar provinsi dengan rasio guru terhadap siswa yang tinggi, memiliki indeks nilai yang rendah, dengan Jambi sebagai anomali. Beberapa provinsi dengan indeks nilai terendah, memiliki rasio guru terhadap siswa tertinggi, yakni Maluku Utara dan Maluku.

Baca Juga: Mau Dipolisikan usai Tulis Dalang G30S PKI Belum Jelas, Ini Kata Ruangguru

"DI Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan rasio guru terhadap siswa terendah, namun berhasil memiliki indeks nilai yang tergolong tinggi. Provinsi dengan indeks nilai tertinggi, yaitu Bali, Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, dan Sumatra Utara memiliki rasio guru terhadap siswa sebesar 0,03," urainya.

Ketiga, rasio guru di sekolah. Terlepas dari beberapa anomali, ditemukan ada sedikit korelasi antara rasio guru di sekolah dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Provinsi Bali dengan rasio tertinggi, memiliki indeks nilai tertinggi. Namun Sulawesi Tengah dengan rasio guru di sekolah kedua terendah, meraih indeks nilai yang relatif tinggi. Maluku Utara dengan rasio guru di sekolah yang rendah, memiliki indeks nilai rendah. Namun ada beberapa provinsi seperti Kalimantan Barat , DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, dan Jambi memiliki indeks nilai relatif tinggi dengan rasio guru di sekolah yang tidak terlalu tinggi.

"Meski rasio guru di sekolah tidak menjamin indeks nilai tinggi, namun rasio guru di sekolah tetap perlu berada di angka yang memadai untuk dapat mencetak indeks nilai di atas rata-rata nasional," ucapnya.

Keempat, tingkat penetrasi internet. Ada korelasi positif antara provinsi dengan tingkat penetrasi internet di atas rata-rata nasional dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Secara umum, provinsi dengan tingkat penetrasi internet di atas 47 memiliki indeks nilai yang relatif lebih tinggi dibanding provinsi dengan tingkat penetrasi internet di bawah 47. Anomali positif: Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat (top 5 province untuk mata pelajaran matematika), Sumatra Utara (top 5 province untuk mata pelajaran IPS dan semua mata pelajaran), Jambi (top 5 province untuk mata pelajaran IPS dan semua mata pelajaran).

"Penetrasi internet tinggi tidak selalu menjamin indeks nilai tinggi, tetapi penetrasi internet rendah cenderung mengakibatkan nilai indeks di bawah rata-rata nasional," bebernya.

Kelima, Produk Domestik Regional Bruto per kapita (PDRBk). Walaupun faktor ekonomi kerap dianggap berkontribusi terhadap pendidikan, namun data KSR tidak menunjukkan hal tersebut. Provinsi dengan nilai indeks tinggi seperti Bali, Sulawesi Tenggara, Jambi, dan Sumatra Utara memiliki tingkat PDRBk menengah. Sementara Riau, Kalimantan Utara, dan Papua Barat yang memiliki PDRBK tinggi, mencatat indeks nilai yang tergolong rendah. Bahkan DKI Jakarta dengan PDRBK tertinggi, tidak mencetak indeks nilai yang masuk ke dalam 5 teratas.

"Kalimantan Barat dan DIY memiliki PDRBK tergolong rendah, namun memiliki indeks nilai tergolong tinggi," katanya.

Keenam, persentase sekolah swasta per provinsi. Meski ada beberapa anomali, ada indikasi bahwa persentase sekolah swasta memiliki korelasi positif dengan indeks nilai yang diraih oleh peserta KSR SMP/MTs. Provinsi dengan persentase sekolah swasta di atas 30% cenderung memiliki korelasi positif dengan indeks nilai peserta KSR SMP/MTs. Namun provinsi dengan persentase sekolah swasta tertinggi (di atas 60%), justru tidak meraih indeks nilai tertinggi, kecuali Sumatra Utara.

Bali sebagai provinsi dengan indeks nilai tertinggi memiliki persentase sekolah swasta sebesar 34,30%. Meskipun bukan jaminan, persentase sekolah swasta di sebuah provinsi memiliki dampak positif terhadap indeks nilai peserta KSR SMP/MTs.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI