Suara.com - Sebuah proyek baru bertujuan mendapatkan gambaran lebih baik tentang jumlah walrus di Bumi, dengan cara menghitungnya dari luar angkasa.
Para relawan diminta mencari walrus dari ribuan citra satelit, dan menghitung berapa banyak hewan bergading ini yang bisa mereka lihat.
Para ilmuwan harus memperbaiki data populasi walrus untuk mengevaluasi bagaimana spesies kunci di wilayah kutub ini akan terdampak oleh perubahan iklim.
Walrus sangat bergantung pada lautan es, yang belakangan ini telah berkurang secara tajam.
Baca Juga: Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Jakarta, Anies Teken Pergub 90/2021
Baca juga:
- Es di kutub kian menyusut, beruang kutub terancam punah pada 2100 mendatang
- Satwa-satwa liar terancam pengeboran minyak Amerika Serikat di Arktika
- Lapisan es di Kutub Utara mencair, kapal tanker bisa melintas
Mamalia laut ini akan naik ke atas lapisan-lapisan es yang mengambang dan menggunakannya sebagai tempat beristirahat, membesarkan anak-anak mereka, juga menjadikannya pijakan untuk meluncur saat akan mencari makan.
Seekor walrus akan terjun ke dasar laut untuk mencari makanan di antara lumpur, seperti kerang dan hewan invertebrata lain seperti siput, kepiting cangkang lunak, dan udang.
Semua ini menjadi lebih sulit ketika lautan es musiman berkurang.
"Kami melihat sekitar 13% es laut yang menyusut per dekade," kata Rod Downie, kepala peneliti kutub dari kelompok lingkungan WWF.
Baca Juga: Hidup di Suhu 50 Derajat: Neraka Perubahan Iklim di Mauritania, Afrika
"Salah satu implikasi tidak adanya lapisan es untuk dinaiki adalah, kita semakin sering melihat walrus menghabiskan lebih banyak waktu di atas daratan.
"Dan ini memiliki beberapa dampak, seperti kepadatan yang bisa mengakibatkan anak-anak walrus terinjak-injak. Ini benar-benar terjadi. Juga akan terjadi kekurangan sumber makanan di sekitar mereka," ujarnya kepada BBC.
WWF meluncurkan proyek "Walrus dari Luar Angkasa" ini bekerja sama dengan British Antarctic Survey (BAS), yang ahli di bidang survei satelit untuk kehidupan alam liar di kutub.
BAS sebelumnya sudah pernah menghitung pinguin dari orbit, dan kini juga mendata jumlah singa laut, albatross, bahkan paus yang hidup di dalam air.
"Baru beberapa waktu lalu satelit memiliki resolusi yang cukup tinggi sehingga kita dapat menghitung walrus dengan akurat," kata spesialis penginderaan jauh BAS, Peter Fretwell.
"Kami akan menggunakan satelit WorldView milik Maxar yang mempunyai resolusi sehingga setiap piksel melambangkan sekitar 30cm di tempat aslinya. Ini sekitar ukuran kertas A4 dan kami bisa dengan mudah menghitung setiap hewan dengan resolusi itu."
Para relawan akan diarahkan ke sebuah portal daring di mana mereka akan ditunjukkan gambar-gambar dan ditanya, pada awalnya, apakah gambar-gambar ini memiliki satu atau lebih walrus di sana.
Di tahap kedua, setelah semua gambar "kosong" sudah disingkirkan, para relawan akan diminta untuk memberi titik pada setiap walrus yang mereka lihat.
Survei ini, yang akan berlangsung selama lima tahun, fokus pada sub-spesies di Atlantik, dan juga sekelompok walrus yang hidup terisolasi di area Laut Laptev.
Hingga saat ini, diperkirakan jumlah mamalia tersebut ada sekitar 30.000 ekor. Proyek ini diharapkan dapat mempersempit angka yang tidak pasti.
Namun survei semacam ini juga memiliki kekurangan. Contohnya, tipe satelit yang digunakan tidak bisa memotret keadaan Bumi ketika sedang berawan, dan walrus bukan benda diam, mereka terus-menerus berpindah tempat.
Faktor-faktor ini sudah diperhitungkan oleh para pembuat metodologi dan model yang dipakai untuk membangun data set populasi.
Dan, tentu saja, mereka didukung oleh pengetahuan masyarakat adat yang hidup berdampingan dengan walrus-walrus tersebut.
Proyek Walrus dari Luar Angkasa ini menerima pendanaan dari People's Postcode Lottery, Royal Bank of Canada, dan langsung dari para donatur WWF.
Baca juga:
- Rencana menyelamatkan es Kutub Utara dengan butiran kaca
- Bangkai beruang dari Zaman Es ditemukan 'terawetkan sempurna' di Siberia
Mereka bertujuan untuk merekrut lebih dari 500.000 ilmuwan warga (citizen scientist) selama lima tahun.
Relawan yang sudah sejak awal bekerja dalam proyek ini adalah anak-anak pramuka di Inggris, yang sudah menghitung secara online bahkan sebelum portalnya diluncurkan secara publik.
Phoebe Overton, dari kelompok pramuka di Surrey mengatakan mengidentifikasi walrus cukup sulit, meskipun gambarnya super tajam.
"Ini cukup susah karena banyak bebatuan dan tong-tong berkarat yang tampak sangat mirip dengan walrus," kata dia.
Namun Charlotte Guise, dari kelompok Walton-on-Thames, menambahkan, "menyenangkan melihat cara mereka hidup dan berapa banyak mereka. Mereka juga makhluk yang lumayan keren."
Belum ada rencana untuk proyek ini menghitung subspesies walrus di Pasifik, yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 200.000 individu. Lagi-lagi, jumlah ini masih belum pasti.
"Meskipun walrus Pasifik jauh lebih banyak, walrus Atlantik kemungkinan menyebar di area yang lebih besar," kata Dr Downie.
"Dan jika Anda memasukkan Atlantik dan Laptev, maka Anda bicara tentang area luas dengan lebih banyak situs dan es untuk berkumpul para walrus. Maka, kami fokus pada mereka, tapi akan ada kelompok riset lain di Arktika yang mengerjakan penelitian tentang subspesies Pasifik."