Suara.com - Media pemerintah Tiongkok melaporkan negarai tirai bambu itu sedang berencana menetapkan target energi bersih untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil hingga di bawah 20 persen pada 2060.
Mengutip laporan AFP dalam The Guardian, Senin (25/10/2021), Presiden Tiongkok Xi Jinping berjanji untuk membuat negaranya tidak lagi menjadi penghasil polusi batu bara terbesar di dunia, menurut dokumen kabinet yang dirilis pada Minggu (24/10/2021).
Tingkok menargetkan puncak emisi karbon terjadi pada 2030 dan akan mencapai netralitas karbon 30 tahun kemudian.
Namun, Tiongkok telah dikritik karena mendorong pembukaan lusinan pembangkit listrik tenaga batu bara baru-baru ini. Pihak berwenang ingin meningkatkan produksi batu bara karena negara tersebut sempat mengalami krisis energi.
Baca Juga: Tips Makan Sehat ala Tiongkok, Seimbangkan Unsur Yin dan Yang
Harga batu bara yang melonjak dan pasokan yang menipis menjadi faktor di balik pemadaman listrik baru-baru ini di Tiongkok.
Tiongkok berjuang untuk melepaskan diri dari batu bara yang menjadi bahan bakar hampir 60 persen dari ekonominya yang membutuhkan energi listrik.
Tetapi pada Minggu (24/10/2021), pedoman yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua menetapkan sejumlah target menuju netralitas karbon.
Di antaranya adalah proporsi konsumsi bahan bakar non-fosil yang mencapai sekitar 25 persen dari total penggunaan energi pada 2030.
Xinhua melaporkan emisi karbon dioksida per unit PDB akan turun lebih dari 65 persen dari level pada 2005, sementara total kapasitas tenaga angin dan surya yang terpasang ditargetkan mencapai lebih dari 1.200 gigawatt.
Baca Juga: 15 Negara Penghasil Energi Fosil Bisa Gagalkan Target Perlindungan Iklim
Pedoman tersebut juga menegaskan kembali tujuan sebelumnya untuk mengurangi emisi karbon per unit PDB sebesar 18 persen pada 2025.
Pihak berwenang menyerukan perubahan dalam struktur industri dengan mengatakan mereka akan "dengan tegas mengekang pengembangan buta" proyek-proyek dengan konsumsi energi dan emisi yang tinggi.
Pihak berwenang juga mengatakan skala kapasitas produksi migas berbasis batu bara juga harus dikendalikan secara wajar, sekaligus menyerukan pengembangan industri rendah karbon.
Sementara itu, mereka juga menekankan perlunya tanggapan yang efektif terhadap risiko ekonomi dan sosial yang dapat menyertai transisi rendah karbon, serta untuk mencegah reaksi berlebihan dan memastikan pengurangan karbon yang aman.
Para perencana ekonomi khawatir memotong batu bara terlalu cepat di tengah kekhawatiran hal itu dapat melumpuhkan pertumbuhan.
China berencana untuk mengurangi konsumsi batu bara secara bertahap mulai tahun 2026 sambil mengendalikan perkembangan pembangkit listrik tenaga batu bara secara ketat. (Jacinta Aura Maharani)