Suara.com - Pertanyaan di soal ujian memang bisa saja keliru. Namun kali ini sebuah pertanyaan di soal ujian memicu pro dan kontra.
Pada unggahan @lilis_we, ia membagikan soal ujian yang ia miliki.
"Bisa kali bayangin gumana rasanya saat ada anak yatim piatu harus jawab soal seperti ini?" tulis akun tersebut.
Pada video yang telah ditonton lebih dari 400 ribu kali itu menampilkan soal ujian berbunyi:
Baca Juga: Heboh! Ada Warga di Sukabumi Gabungkan Dua Simbol Agama, Rumah AS Langsung Diontrog Camat
"Mencari nafkah di dalam keluarga adalah tugas?
Pilihan jawabannya yakni, ayah, anak, kakek dan nenek.
"Paling kesal kalau ketemu soal kayak gini nih, mencari nafkah adalah tugas?," ujar perempuan dalam video tersebut.
"Karena setiap keluarga itu nasibnya berbeda-beda dan ada anak yang lahir tanpa ayah, kan mungkin yang cari duit neneknya atau kakehnya, atau ibunya," imubuhnya.
Menurutnya dalam membuat soal perlu mempertimbangkan psikis anak.
Baca Juga: Udah Heran Dikira Mobil Boks Angkut Tumpukan Uang, Ternyata Cuma Benda Ini
"Jadi tolong Kemendikbud, jangan bikin soal kayak gini lagi yah," mbuhnya.
Selain itu ia juga menyorti soal berikutnya yang mempertanyakan tugas anak perempuan di rumah.
"Ini kalo gue jawab memperbaiki genting itu salah, padahal di luar sana ada anak perempuan yang bisa memperbaiki genting," kata dia.
"Kalo gue pilih cari nafkah juga pasti bakalan disalahin, padahal ada anak perempuan yang cari nafkah," tambahnya.
Video tersebut mendapatkan berbagai komentar dari warganet dan menuai pro kontra.
"Setuju mbak, karena background setiap keluarga berbeda-beda. Enggak semua keluarga itu sama. Dan juga masak ngepel nyapu nyuci piring itu bisa dilakukan siapa saja di rumah," tulis warganet.
"Tapi rata-rata memang ayah yang mencari nafkah, kalo masalah nasib itu bukan urusan Kemendikbud," tambah warganet lain.
"Ini secara general yang umum dan masuk akal, dan pasti mereka pun tidak ada maksud untuk menyinggung yang tidak beruntung, mbaknya aja yang terlalu baper," imbuh warganer.
"Benar banget padahal membersihkan rumah tanggungjawab satu rumah," komentar warganet.
"Tanpa sadar pertanyaan kayak gitu bisa mempengaruhi pola pikir anak bahkan sampai dewasa, bahaya terlalu mengkotak-kotak gender," timpal warganet lain.
Padahal dalam ranah pekeja formal, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), perempuan menempati hampir 40 persen. Sementara pekerjaan jenis jasa di Indonesia lebih banyak diisi oleh perempuan ketimbang laki-laki.