Kelompok Penculik di Haiti Minta Uang Tebusan Rp 240 M kepada AS dan Kanada

Rabu, 20 Oktober 2021 | 16:10 WIB
Kelompok Penculik di Haiti Minta Uang Tebusan Rp 240 M kepada AS dan Kanada
Polisi bersenjata menaiki mobil setelah jalan-jalan di ibu kota Haiti Port-au-Prince sepi menyusul seruan pemogokan umum yang diluncurkan oleh beberapa asosiasi profesional dan perusahaan untuk mengecam ketidakamanan di Port-au-Prince, pada (18/10/2021). [RICHARD PIERRIN / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok penculik di Haiti meminta uang tebusan sebesar 17 juta dolar atau sekitar Rp 240 miliar kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Kanada.

Menyadur Sky News Rabu (20/10/2021), sedikitnya 17 misionaris AS dan Kanada diculik di Haiti oleh sebuah geng bernama 400 Mawozo. 

Menteri kehakiman Haiti Liszt Quitel mengatakan bahwa sedang dilakukan pembicaraan dengan kelompok penculik tersebut untuk membebaskan belasan sandera.

Liszt Quitel mengungkapkan jika 17 misionaris tersebut diculik di luar Port-au-Prince pada Sabtu (16/10/2021).

Baca Juga: AS Bolehkan Suntikan Dosis Ketiga Vaksin Covid-19 Berbeda dengan Dosis Pertama, Kenapa?

Geng tersebut saat ini menuntut total 17 juta dolar (Rp 240 miliar) kepada pemerintah jika ingin mereka membebaskan para tahanannya.

Quitel menambahkan bahwa FBI dan polisi Haiti sedang bernegosiasi dengan Christian Aid Ministries, lembaga bantuan nirlaba yang menjadi bagian dari pembebasan.

Organisasi yang berbasis di Ohio tersebut menyerukan agar otoritas sipil Haiti dan AS yang bekerja untuk menyelesaikan situasi ini.

Di antara belasan sandera tersebut, 16 berasal dari AS dan satu orang Kanada. Ada lima anak, termasuk seorang bayi berusia delapan bulan.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pemerintah AS sedang fokus pada penculikan itu, dan terus berkomunikasi dengan Kepolisian Haiti dan gereja misionaris.

Baca Juga: Sebelum Diduga Gantung Diri, Bule Amerika Ini Minta Dikremasi di Ubud Dan Jangan Bersedih

"Sayangnya, ini juga merupakan indikasi masalah yang jauh lebih besar dan itu adalah situasi keamanan yang sama sekali tidak berkelanjutan," kata Blinken, merujuk pada geng yang menguasai bagian Port-au-Prince.

Doris Michel, seorang wanita Haiti-Amerika, menyalahkan pemerintah atas meningkatnya penculikan setelah ayahnya yang berusia 89 tahun diculik bulan lalu.

Dia dibawa ke daerah yang dikendalikan geng dan para penculik menuntut uang tebusan hingga 6 juta dolar (Rp 84,8 miliar), yang kemudian meningkat menjadi 10 juta dolar (Rp 141 miliar).

"Kami terus berkata, 'Kami tidak punya uang sebanyak itu. Lalu mereka bertanya, 'Uang apa yang kamu punya?'," kenang Michel.

Michel menambahkan bahwa para sandera bertahan hidup hanya dengan semangkuk nasi dan tiga kantong air dalam sehari.

Michel sempat menyerahkan uang tebusan di sebuah wilayah, namun kelompok penculik mengklaim tidak menerimanya dan meminta uang tebusan lebih banyak.

Dia mengatakan FBI dan Kepolisian Haiti tidak banyak membantu, malah justru menasihatinya agar mengumpulkan lebih banyak uang dan bernegosiasi kembali.

Untungnya, veteran perang Vietnam tersebut, dibebaskan oleh kelompok penculik setelah disandera selama lebih dari 11 hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI