Suara.com - Analis politik Political and Public Policy Studies Jerry Massie memprediksi model transaksional, politik identitas, oligarki, dan calon presiden boneka masih akan muncul pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2024.
Itulah sebabnya, Jerry Massie meminta pemilih untuk lebih selektif memilih pemimpin Indonesia.
“Jangan memilih capres pencitraan doang dan juga terlalu banyak janji dan irasional,” kata Jerry Massie.
Jerry Massie memperkirakan bakal muncul calon presiden boneka yang dikendalikan oligarki.
Baca Juga: PKS Kabupaten Sukabumi Buka Sekolah Gratis, Ini Syaratnya
Jerry Massie mengingatkan pentingnya pemilih waspada dan jangan mudah terlena akan rayuan palsu dari calon presiden boneka. "Belajar dari pengalaman," kata Jerry Massie.
Jerry Massie menyebut pemimpin saat ini utangnya sudah membengkak, bisa saja default tembus Rp6.500 triliun.
"Bayangkan dari era SBY utang pemerintah mencapai Rp4.000 triliun. Bisa saja lebih lantaran banyak pakar memprediski bisa tembus angka Rp10 ribu triliun."
“Saya takutkan negeri ini dikuasai asing. Lantaran utang jumbo yang kian menggila. Kalau Indonesia dipimpin orang bijaksana dan cerdas paling dia tahu akan di bawah kemana bangsa ini. Bahkan dia tak akan dikibulin,” kata Jerry Massie.
Jerry Massie juga menyebut saat ini Indonesia dicengkeram oligarki dan juga banyak yang tak berjiwa negarawan, seperti Soekarno, B. J. Habibie, Soeharto sampai SBY.
Baca Juga: PKS Buka Peluang Koalisi dengan PKB usai Muhaimin Terang-terangan Siap Nyapres 2024
"Money politics atau politik uang gaya para oligarki membeli suara pemilih, dan kalau di AS ini diterapkan oleh Demokrat liberal progresif."
Jerry menyarankan kepada pemilih Indonesia supaya jangan memilih pemimpin gagal.
"Kan ada juga para gubernur gagal nyapres jadi ini berisiko bagi bangsa, bukan mengobati luka malahan menambah luka dan beban."
“Apalagi pemimpin lemah yang bisa dikendalikan dan diatur dan jadikan sapi perah para oligarki ini. Memang mereka mendukung secara finansial tapi kelompok ini bak musang berbulu domba.”