Gelombang Pembunuhan Hantui Buruh India di Kashmir

Selasa, 19 Oktober 2021 | 12:31 WIB
Gelombang Pembunuhan Hantui Buruh India di Kashmir
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam sebuah pernyataan pada awal Oktober silam, kelompok ini mengklaim tidak menetapkan sasaran berdasarkan agama, tetapi hanya membidik mereka yang bekerja untuk otoritas India.

Kashmir terbelah, Kashmir berdarah

Untuk meredam pemberontakan, India melancarkan operasi militer di Kashmir yang menewaskan 13 gerilyawan TRF dalam dua pekan terakhir.

Pekan lalu otoritas menahan lebih dari 300 orang pasca pembunuhan terhadap dua orang guru di Srinagar.

Mereka yang ditahan diklaim berafiliasi dengan organisasi terlarang, Jemaat-e-Islami, sebuah aliansi payung bagi pemberontakan.

Selama operasi, India mengaku kehilangan sembilan orang serdadunya. Angka tersebut merupakan jumlah korban terbesar bagi militer India di Kashmir sejak beberapa tahun terakhir. Gelombang pembunuhan memicu rasa panik di sejumlah kalangan, terutama warga minoritas Hindu dan buruh migran yang berasal dari penjuru India.

Teror tersebut dikecam oleh politisi lokal, namun ditengarai sebagai buntut kebijakan pemerintahan Modi membelah wilayah Kashmir menjadi dua pada tahun 2019.

"Tidak seorangpun pantas mati," kata bekas perdana menteri Kashmir, Mehbooba Mufti, lewat akun Twitternya.

"Kita hanya bisa membayangkan apa yang diperlukan untuk meyakinkan pemerintah India bahwa kebijakan mereka mengalami kegagalan besar di Kashmir, dan dengan ongkos sebesar apa?" katanya.

Tak ayal, gelombang kekerasan teranyar membuat gentar buruh migran di Kashmir. Sebagian mengkhawatirkan keselamatan pribadi.

REKOMENDASI

TERKINI