Suara.com - Pakistan International Airlines (PIA) menangguhkan penerbangan ke Kabul setelah Taliban ikut campur tangan pada penentuan harga tiket.
Menyadur Al Jazeera Jumat (15/10/2021), penangguhan tersebut juga terjadi ketika Taliban memerintahkan PAI untuk memangkas harga tiket.
Taliban meminta maskapai penerbangan tersebut untuk memotong harga tiket seperti sebelum Afghanistan jatuh ke tangan kelompok tersebut.
PAI adalah satu-satunya maskapai penerbangan internasional yang beroperasi secara teratur di ibukota Afghanistan.
Baca Juga: Rabi Yahudi Selamatkan 4 Bocah Muslim Sebatang Kara dari Taliban
"Penerbangan kami sering menghadapi penundaan yang tidak semestinya karena sikap tidak profesional dari otoritas penerbangan Kabul," kata Abdullah Hafeez Khan, juru bicara PIA kepada kantor berita AFP.
Abdullah Hafeez Khan juga menegaskan jika penerbangan PAI tetap akan ditangguhkan hingga situasi menjadi kondusif.
Sebuah sumber di maskapai itu mengatakan kepada AFP bahwa pejabat Taliban sering menghina, bahkan sempat menganiaya secara fisik seorang anggota staf.
Sebelumnya, Taliban memperingatkan PIA dan Kam Air bahwa akan memblokir operasionalnya, jika menolak untuk memotong harga karena tidak dapat dijangkau oleh warga Afghanistan.
Saat ini harga tiket dari Kabul ke Islamabad dibanderol seharga 2.500 dolar (Rp 35 juta), sedangkan sebelum Afghanistan jatuh ke Taliban hanya 150 dolar (Rp 2,1 juta).
Baca Juga: Batik Indonesia Dipamerkan di Pakistan
Kementerian transportasi Afghanistan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, harga tiket harus disesuaikan dengan kondisi sebelum kemenangan Imarah Islam atau penerbangan akan dihentikan.
Penerbangan antara Afghanistan dan Pakistan sangat dibatasi sejak bandara Kabul dibuka kembali bulan lalu setelah digunakan untuk proses evakuasi.
Abdullah, seorang karyawan perusahaan farmasi berusia 26 tahun, mengatakan maskapai PIA menjadi jendela kecil bagi warga Afghanistan yang mencoba meninggalkan negara itu.
"Kami sangat membutuhkan penerbangan ini. Perbatasan ditutup, sekarang jika bandara ditutup, seperti kita semua di dalam sangkar," katanya menurut kantor berita Reuters.