Kisah Peneliti LIPI Soal Polisi Tangani Bom Bali I, Tidak Memiliki Uang dan Pengalaman

Kamis, 14 Oktober 2021 | 20:58 WIB
Kisah Peneliti LIPI Soal Polisi Tangani Bom Bali I, Tidak Memiliki Uang dan Pengalaman
Peneliti LIPI Hermawan Sulistiyo. [Tangkapan layar/Ria Rizki]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Politik dan Keamanan Negara Hermawan Sulistyo menceritakan bagaimana kondisi kepolisian saat terjadinya Bom Bali I pada 2002 silam. Ia menyebut kala itu kepolisian tidak memiliki anggaran untuk melakukan investigasi.

Hermawan menjelaskan, saat itu Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror belum terbentuk. Justru yang ada hanya unit bom di Mabes Polri dan di Polda Metro Jaya.

Selain itu, kepolisian juga belum memiliki anggaran yang mencukupi untuk mengusut pengeboman yang menewaskan 204 orang termasuk pelaku. Pasalnya, pada saat itu Polri baru berdiri sebagai lembaga sendiri setelah lepas dari TNI.

"Dengan polisi tidak punya kemampuan, tidak punya pengalaman untuk menangani bom seperti itu dan tidak punya uang," jelas Hermawan dalam diskusi virtual, Kamis (14/10/2021).

Baca Juga: Cerita Hermawan Sulistyo di Malam Bom Bali Meledak, Saat Itu Polisi Belum Punya Pengalaman

Posisi Hermawan saat itu tengah berada di dekat lokasi kejadian. Ia sendiri baru saja menyelesaikan penelitian soal kondisi kepolisian pasca lepas dari TNI.

Dengan memiliki ilmu pengetahuan soal bom dan teroris selama 25 tahun, awalnya Hermawan enggan ikut campur.

Namun prinsipnya itu lantas luntur setelah melihat banyaknya korban yang diakibatkan oleh Bom Bali I.

"Kemudian saya putuskan ini enggak bisa ini pertaruhannya bukan hanya bangsa tapi kemanusiaan. Karena kalau salah penanganan, Indonesia ambruk pasti," ujarnya.

Pada saat itu, ia mendapati para anggota polisi tidak memiliki uang yang cukup untuk melakukan investigasi.

Baca Juga: Saksi Bom Bali I: Cerita Awal Mula Modal untuk Investigasi Polisi

Jangankan untuk bergerak dari satu titik kek titik lainnya. Untuk menggunakan ponsel pun mereka kesulitan lantaran tidak memiliki pulsa.

Sampai pada akhirnya ia berusaha untuk meminta kepada suatu perusahaan guna menyumbang Rp 100 juta. Uang itu diserahkannya kepada Kapolda Bali untuk melakukan investigasi.

Hermawan juga sempat meminta kepada direktur utama XL untuk mau menyumbangkan bantuan dalam bentuk pulsa bagi para anggota polisi berkomunikasi.

"Kita dapat 75 nomor baru dan sumbangan pulsa dipakai tiap hari. Itulah awal mula modal untuk investigasi polisi."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI