Suara.com - Inggris menyatakan akan meninggalkan pembangkit listrik bahan bakar fosil pada tahun 2035 setelah terjadi krisis energi parah.
Menyadur The Guardian Kamis (7/10/2021), Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan perubahan tersebut berkunjung ke Network Rail di Manchester.
Boris mengatakan rencana tersebut akan membantu Inggris melakukan dekarbonisasi sambil melunakkan dampak dari jenis fluktuasi harga gas.
Inggris juga menjadi salah satu negara yang mengalami krisis energi, di tengah harga fosil seperti gas, minyak bumi, hingga batu bara yang melambung.
Baca Juga: Dipanggil Timnas Inggris, Tammy Abraham Ngaku Berhutang Budi pada Mourinho
"Apa yang saya katakan adalah kita dapat melakukan untuk seluruh produksi energi kita pada tahun 2035 apa yang kita lakukan dengan mesin pembakaran internal di kendaraan pada tahun 2030," katanya.
Boris juga menambahkan jika ambisi tersebut berkaca dari kesuksesan Inggris dalam membangun pembangkit listrik tenaga angin, dan penyaringan karbon menjadi hidrogen.
"Dan apa yang kami juga katakan adalah bahwa pada tahun 2035, kami pikir dapat menyelesaikan produksi energi bersih," jelas Boris.
Inggris menghasilkan 43% listriknya dari sumber terbarukan pada tahun 2020, namun pembangkit listrik bahan bakar gas masih menjadi yang utama.
Pembangkit listrik tenaga nuklir, yang saat ini menyediakan sekitar seperenam listrik Inggris, juga akan terus menjadi bagian dari energi terbarukan.
Baca Juga: 4 Pemain Jepang yang Hijrah ke Eropa Musim Ini, Salah Satunya ke Liga Premier Inggris
Ketergantungan Inggris pada gas, untuk pemanas serta listrik, terpengaruh oleh kenaikan harga yang telah memicu peringatan krisis energi.
Selusin pemasok energi terancam bangkrut tahun ini dan lebih banyak kegagalan diprediksi meskipun ada kenaikan batas tagihan yang diajukan pemerintah.
Johnson mengatakan menghapus gas dari pembangkit listrik akan membantu melindungi Inggris dari lonjakan harga di masa depan.
"Keuntungannya adalah, untuk pertama kalinya, Inggris tidak bergantung pada hidrokarbon yang berasal dari luar negeri dengan segala keanehan harga hidrokarbon dan risiko yang mengancam kantong masyarakat dan konsumen," jelas Boris Jhonson.
"Kami akan bergantung pada pembangkit listrik terbarukan kami sendiri, yang akan membantu kami juga menekan biaya," sambungnya.