Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann, dan Giorgio Parisi Peraih Nobel Fisika

Rabu, 06 Oktober 2021 | 18:36 WIB
Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann, dan Giorgio Parisi Peraih Nobel Fisika
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemahaman tentang sistem fisikalis iklim Bumi yang kompleks dianugerahi penghargaan Nobel Fisika 2021. Tiga ilmuwan, Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann, dan Giorgio Parisi berbagai hadiah bergengsi itu.

Penghargaan Nobel Fisika 2021 diberikan kepada tiga ilmuwan yang pekerjaan kumulatifnya dapat diringkas dalam dua kata: Perubahan Iklim.

Syukuro Manabe dan Klaus Hasselmann diberi penghargaan "untuk pemodelan fisikalis iklim Bumi, mengukur variabilitas, dan memprediksi pemanasan global dengan andal."

Sementara, Giorgio Parisi mendapat penghargaan "untuk penemuan interaksi ketidakteraturan dan fluktuasi dalam sistem fisika dari skala atom ke planet."

Baca Juga: Nobel Fisika 2021 Dimenangkan 3 Ilmuwan yang Berjasa Ungkap Perubahan Iklim

Komite Nobel mengontak Parisi di rumahnya di Roma dari Stockholm, dan ketika ditanya apakah dia punya pesan untuk pertemuan para politisi di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26, dia hanya menjawab: "Kita harus bertindak sekarang."

Ilmu yang rumit menjadi lebih sederhana

Peraih Nobel Fisika tahun ini mendapat penghargaan untuk sains yang sangat kompleks. Namun, pada intinya ada keinginan untuk menerjemahkan sistem yang kompleks dan acak, tidak teratur, seperti peristiwa cuaca ekstrem di planet kita, menjadi bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Thors Hans Hansson, seorang Profesor Fisika Teoritis dan ketua Komite Nobel Fisika mengatakan bahwa itulah fisika.

Ini bukan hanya tentang menggambarkan arus listrik yang mengalir melalui lampu untuk menghasilkan cahaya. Atau orbit bumi yang berbentuk elips mengelilingi matahari.

Baca Juga: Tagih Janji Kemiskinan 0 Persen, Natalius: Kalau Mampu, Nobel untuk Jokowi

Ini tentang menggunakan "teori dasar materi untuk menjelaskan fenomena dan proses kompleks, seperti bagaimana terbentuknya struktur kaca atau perkembangan iklim bumi," kata Hansson.

Hal itu membutuhkan "intuisi yang dalam" dan "kecerdasan matematika," kata Hanssen, seraya menambahkan pemenang tahun ini adalah "master sejati."

Apa yang mereka lakukan?

Pertama, Syukuro Manabe, yang pada 1960-an mulai bekerja untuk menunjukkan bagaimana peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi.

Sekitar 10 tahun kemudian, Klaus Hasselmann menciptakan model yang menghubungkan cuaca dan iklim.

Karya ini menjelaskan mengapa model iklim "dapat diandalkan meskipun cuaca berubah dan kacau," tulis Komite.

Dan mungkin yang paling penting bagi non-ilmuwan, Hasselmann mengembangkan metode untuk mengidentifikasi fenomena alam mana dan aktivitas manusia mana yang meninggalkan jejak pada iklim global kita.

"Metodenya telah digunakan untuk membuktikan bahwa peningkatan suhu di atmosfer disebabkan oleh emisi karbon dioksida manusia," tulis Komite.

Kemudian pada 1980-an, Giorgio Parisi menemukan "pola tersembunyi dalam materi kompleks yang tidak teratur".

Temuan ilmiah itu berkontribusi pada teori umum sistem kompleks. Pekerjaan Parisi mungkin tampak tidak berhubungan dengan ilmu iklim, tetapi iklim adalah salah satu sistem yang paling kompleks, dan kita menggunakan matematika dan semakin banyak pembelajaran mesin untuk memahaminya dengan lebih baik.

"Penemuan [ini] menunjukkan bahwa pengetahuan kita tentang iklim bertumpu pada dasar ilmiah yang kuat," kata Hanssen.

Mengenal para peraih Nobel lebih dalam Syukuro Manabe adalah ahli iklim dan meteorologi di Universitas Princeton di AS.

Manabe adalah salah satu yang pertama menggunakan pemodelan komputer untuk mempelajari dan mengeksplorasi peran gas rumah kaca dalam mempertahankan dan mengubah struktur termal atmosfer bumi.

Klaus Hasselmann adalah ahli meteorologi di Institut Meteorologi Max Planck di Jerman. Hasselmann tertarik pada ilmu kelautan dan penginderaan jauh iklim bumi dengan teknologi satelit.

Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italia, adalah seorang fisikawan teoretis yang sudah merilis lebih dari 500 makalah ilmiah atas namanya.

Karya Parisi mencakup teori string, sistem tidak teratur dan ilmu komputer.

Penghargaan berusia 120 tahun

Ini adalah Penghargaan Nobel ke-120. Dan dari waktu ke waktu, komite penghargaan ini memupuk reputasi lewat penetapan amat rahasia dan ketat.

Sangat sering memberikan penghargaan kepada lebih dari satu orang tetapi maksimal tiga orang. Komite Penghargaan Nobel secara tegas mengatakan, jika pada tahun mana pun dianggap tidak ada nominasi yang layak, mereka berhak untuk membiarkan hadiah uang bergulir ke tahun berikutnya.

Pemenang tahun ini menerima hadiah uang tunai 10 juta Krona Swedia (Rp16 miliar), Medali Nobel dan berbagai pernak-pernik lainnya. Tetapi mereka harus menunggu hingga 10 Desember, karena tradisi pembagian hadiah diberikan pada acara jamuan makan malam di Stockholm. (pkp/as)

REKOMENDASI

TERKINI