Suara.com - Kota Blitar, Jawa Timur, dijadikan wilayah uji coba new normal oleh pemerintah. Kota itu dipilih karena laju penularan kasus hingga tingkat kematiannya dianggap "paling aman" dengan status level satu.
Istilah "New Normal" yang artinya adaptasi kebiasaan baru sudah lama dikumandangkan pemerintah sebagai respons menangkal pandemi yang mendunia.
New Normal diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Tapi apakah maknanya bergeser ketika akan diuji coba pada Kota Blitar? Berikut adalah hal-hal yang sejauh ini diketahui tentang uji coba New Normal di kota itu.
Baca Juga: Pemerintah Uji Coba New Normal di Kota Blitar, Satu-satunya Daerah Level 1 di Jawa-Bali
Dari 44 kabupaten kota level satu, kenapa hanya Kota Blitar yang diuji coba?
Berdasarkan aturan terbaru: Instruksi Menteri Dalam Negeri (Imendgari) No.47/2021 tentang pemberlakuan PPKM level 1-4, Kota Blitar satu-satunya wilayah yang mendapatkan status level satu se-Jawa dan Bali.
Sementara dari aturan terbaru lainnya, Imendagri No. 48/2021 menyebutkan terdapat 44 kabupaten dan kota di luar Jawa-Bali yang sudah masuk level satu.
Menurut Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander Kaliaga Ginting, Blitar dipilih menjadi model karena berada di Jawa dan Bali "tempat lonjakan eksponensial yang luar biasa kemarin itu."
"Kemudian Blitar juga, tidak jauh dari aglomerasi yang ada di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur," kata Alexander.
Blitar dipilih juga "karena laju penularan sudah rendah, dan responsnya cukup memadai, serta cakupan vaksinasinya yang sudah tinggi," kata juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
Baca Juga: Satu-satunya Daerah PPKM Level 1, Pemerintah Uji Coba New Normal di Blitar
Secara rinci kasus terkonfirmasi di Kota Blitar "sudah kurang dari 20 per 1000 penduduk per minggu, rawat inapnya kurang dari lima per 1000 penduduk per minggu.
Kematiannya sudah kurang dari satu per 1000 penduduk per minggu."
Indikator lainnya adalah tingkat positivity rate sudah mencapai 0,54%, penelusuran kontak 1:20, dan Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian rumah sakit kurang dari 5,5%.
Siti Nadia menyebut indikator ini sudah lebih baik dari standar yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Apa makna New Normal ini bisa lepas masker?
New Normal dalam uji coba Kota Blitar ini tak berubah makna, yaitu beradaptasi dengan kehidupan baru. Hanya saja untuk tujuan bagaimana masyarakat "bisa hidup berdampingan bersama dengan virus".
"Jadi virus yang sehari-hari [di lingkungan], tapi kita tidak sakit. Ini yang nanti akan terjadi," kata Alexander.
Ia melanjutkan, penerapan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak lebih diketatkan.
Tapi protokol tersebut diharapkan sudah menjadi budaya, yaitu atas kesadaran masyarakat sendiri.
"Kemudian penduduk itu, ketika bergejala dia sudah memisahkan diri. Kalau aplikasi lindunginya [Peduli Lindungi] berwarna hitam, berarti dia tidak jalan-jalan lagi ke mal. Jadi perilaku," kata Alexander.
Ia menambahkan, tujuan uji coba untuk membangun kesadaran masyarakat ini untuk mempertahankan status Kota Blitar pada level satu atau kurang dari itu.
Jensis-jenis pelonggaran apa saja yang bisa dilakukan dalam kondisi New Normal di Blitar?
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan dalam status level satu daerah tersebut "relaksasinya bisa sampai 100%".
Perkantoran nonesensial sudah bisa diisi karyawan sebanyak 75% dari kapasitas yang tersedia. Lalu, sektor kritikal dan esensial sudah bisa 100% berjalan normal, di antaranya logistik, makanan dan minuman, konstruksi, keamanan, keuangan, pasar modal dan perhotelan.
Toko swalayan dan pasar rakyat sudah bisa dibuka 75% hingga pukul 10 malam.
Fasilitas umum seperti tempat wisata juga sudah bisa dimasuki oleh anak-anak usia 12 tahun—yang pada level dua belum diperbolehkan, dengan kapasitas 75%.
"Kemudian resepsi pernikahan, juga ada kemungkinan ada makan prasmanan, atau dine-in. Yang tadinya tidak bisa dine-in," kata Nadia.
Dengan relaksasi ini, pemerintah akan melakukan uji coba terhadap protokol kesehatan, termasuk penanganan kasus.
"Tentu kalau kita sudah melakukan uji coba di Blitar, berikutnya kan ada daerah-daerah lain yang mungkin akan masuk ke PPKM level satu.
"Dan kalau sudah masuk PPKM level satu, akan berlaku protap-protap atau SOP yang kita sudah uji cobakan di Blitar ini," lanjut Nadia.
Langkah apa yang disiapkan Pemkot Blitar?
Wali Kota Blitar, Santoso mengatakan, uji coba ini akan diterjemahkan dalam kebijakan "penerapan protokoler secara ketat, pelaksanaan 3T; testing, tracing dan treatment, dan juga pelaksanaan vaksinasi secara masif".
Pemkot, kata Santoso, juga akan melibatkan TNI/Polri, tokoh masyarakat, camat, dan lurah "semua kita gerakkan untuk vaksinasi."
Ia menyebut vaksinasi pertama di Kota Blitar sudah mencapai 94,46%. "Mungkin sekarang sudah ada peningkatan lagi," katanya seperti dilaporkan wartawan Asip Asani di Blitar untuk BBC News Indonesia.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Blitar Dharma Setiawan menambahkan uji coba ini merupakan "tantangan".
Kata dia, meskipun telah mendapat status level satu, pemerintah kota harus tetap memainkan "gas dan rem" dalam kebijakan relaksasi aktivitas masyarakat.
"Patut diingat New Normal itu kehidupan normal, tetapi protokol kesehatan nomor satu harus ditegakkan," kata Dharma.
Bagaimana reaksi warga Kota Blitar?
Penetapan level satu Kota Blitar mendapat sambutan hangat dari para pedagang suvenir di kawasan makam Bung Karno.
Saat Kota Blitar memasuki kasus tinggi, makam sempat ditutup selama berbulan-bulan membuat para pedagang tak punya pemasukan.
Milu Hayati adalah pedagang suvenir di kawasan Makam Bung Karno.
Perempuan yang sudah 10 tahun berdagang di kawasan ini mengatakan, "Alhamdulilah jadi level satu. Insyaallah warga Blitar sini juga menjaga saling mengingatkan kalau ada pengunjung dari luar kota, dari mana daerah itu, menjaga protokol kesehatan."
Milu menambahkan, sejak makam dibuka perekonomian keluarganya mulai membaik.
Hal serupa juga diungkapkan Eka Astuti, "Dengan dibukanya begini, Alhamdulilah sekali sangat-sangat bersyukur. Ekonomi berjalan dengan baik. Kita bisa memenuhi kebutuhan, menutup apa yang kemarin-kemarin kekurangan dari ekonomi kita."
Sementara itu, warga Kota Blitar, Afik justru was-was dengan status level satu ini.
"Level satu, artinya pemerintah kota ini harus memastikan dan menjamin kalau kita benar-benar layak di sana, dan penanganan apa pun yang dilakukan ini bisa mengontrol covid-19.
"Karena yang saya takutkan justru karena penerapan PPKM level satu ini, kita malah menjadi kluster baru, malah melonjak," kata Afik.
Kenapa ahli epidemiologi tetap khawatir?
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Najmah Usman memperingatkan pemerintah harus berhati-hati dalam menggunakan terminologi 'New Normal' pada wilayah PPKM level satu. Sebab, berdasarkan riset yang pernah ia dan rekan-rekannya lakukan, New Normal bisa diartikan masyarakat sebagai melepas masker dan boleh berkerumun.
"Kalau penelitian kita, interpretasi kita new normal itu kembali ke normal. Nggak ada corona lagi. Nggak ada pemeriksaan lagi dan sebagainya. Kita tidak bisa menyalahakan masyarakat, karena yang masyarakat tangkap kan yang pertama kali yang diyakini," kata Najmah.
Riset ini dipublikasi dalam jurnal ilmiah Intersections: Gender and Sexuality in Asia and the Pacific April lalu.
Oleh karena itu, kata Najmah, pemerintah harus menghindari menggunakan istilah-istilah yang "kompleks".
"Jadi setiap bahasa yang disampaikan itu tidak ambigu dari pemerintah, mudah dicerna masyarakat. Jangan sampai menggunakan bahasa-bahasa, kompleks banget permainan kata yang tidak jelas," katanya.
Najmah menambahkan jika uji coba protokol kesehatan di Kota Blitar gagal, maka ada kemungkinan kasus meningkat lagi, ditambah dengan varian-varian baru dari virus yang bermunculan.
Sementara, epidemiolog dari Perhimpunan Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane menilai uji coba New Normal Kota Blitar merupakan rangkaian dari kebijakan pemerintah yang sudah tidak diperhatikan masyarakat.
Kebijakan sebelumnya terdapat PSBB, PSBB transisi, lockdown lokal, PPKM mikro, hingga PPKM level 1-4.
"Masyarakat saat ini sudah tidak terlalu perhatian terhadap pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah," kata Masdalina yang menduga kebijakan-kebijakan tersebut sebagai upaya pemerintah untuk menghindari desakan ahli kesehatan untuk melakukan karantina wilayah.
Penurunan kasus Covid-19 belakangan ini, kata Masdalina lebih dipengaruhi oleh upaya melakukan pelacakan kontak termasuk testing, yang baru-baru ini digencarkan oleh pemerintah.
Masdalina menambahkan, lebih baik pemerintah fokus pada upaya untuk menurunkan status transmisi penularan menuju angka nol, sebagai ukuran untuk pemberlakuan relaksasi suatu wilayah.
Saat ini status transmisi di Indonesia adalah transmisi komunitas, di mana seseorang tidak tahu tertular dari siapa. Ini merupakan transmisi tingkat paling bawah dalam status epidemiologi.
"Artinya masih banyak orang yang berkeliaran di luar sana, yang tidak dikurung, dan terus menularkan," kata Masdalina.
Transmisi selanjutnya adalah kluster yang artinya "80% kasus baru kita berasal atau mengetahui, siapa yang menularkannya."
Ketiga, transmisi sporadik di mana kasus di bawa dari luar suatu wilayah.
Dan terakhir tingkat transmisi tanpa kasus di mana selama 28 hari suatu wilayah dikatakan tak ada penularan kasus.