Ungkap Tantangan ASN, Kemenpan RB: 2030, 70 Persen Angkatan Kerja akan Diisi Milenial

Rabu, 06 Oktober 2021 | 13:10 WIB
Ungkap Tantangan ASN, Kemenpan RB: 2030, 70 Persen Angkatan Kerja akan Diisi Milenial
Ungkap Tantangan ASN, Kemenpan RB: 2030, 70 Persen Angkatan Kerja akan Diisi Milenial. Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PAN RB Alex Denni dalam diskusi daring. (Tangkapan layar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PAN RB, Alex Denni mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam mendukung visi Indonesia Maju. Sehingga kata Denni perlu ada strategi dan akselerasi bagi ASN untuk menghadapi tantangan saat ini.

Tantangan yang pertama kata dia yakni disrupsi teknologi. 

"Kami sering sekali berdiskusi tentang distrupsi teknolog, distrurpsi teknogi ini tidak mengenal batas ruang, waktu geografis dan lain-lain. Dia datang kemudian berkembang lebih cepat yang kita perkirakan," ujar Denni yang mewakili Menteri PAN RB Tjahjo Kumolo dalam acara Sosialisasi PP No. 94/2021 Tentang Disiplin PNS & PP No. 79/2021 Tentang Upaya Administrasi dan BPASN secara virtual, Rabu (6/10/2021).

Kemudian tantangan kedua yakni disruspi milenal. Kata Denni, pada tahun 2030, angkatan kerja di Indonesia 70 persen akan diisi oleh kaum milenial.

Baca Juga: Menaker Ingin ASN Pengawas Ketenagakerjaan dan Penguji K3 Tingkatkan Integritas

"Sebentar lagi kita dihadapkan disrupsi oleh milenial yang notabene adalah digital native. 70 persen angkatan kerja di Indonesia akan diisi oleh milenial (2030). Artinya ASN  kita mungkin majority juga nanti milenial sekarang mungkin baru 45 persen, tetapi diperkirakan ke depan majority milenial. milenial akan melayani milenial," ucap dia.

Alex menuturkan milenal sekarang ini sebagai digital native yang sudah dimanjakan oleh produk-produk digital. Dari mulai memesan makanan, memesan ojek online, memesan buku dan kolaborasi dilakukan secara online.

"Bayangkan kalau di luar sana milenial kita dimanjakan oleh produk-produk digital, tetapi begitu berinteraksi dengan lembaga kementerian dan daerah, lalu mereka dihadapkan pada proses-proses yang ribet yang konvensional dan lain-lain bayangkan bisa frustasi milenial kita yang sudah dimanjakan oleh solusi solusi digital," kata dia.

"Tetapi begitu berhubungan dengan Kementerian lembaga mereka berhadapan dengan birokrasi yang lambat dan tentunya ini tantangan besar bagi kita," sambungnya.

Tantangan yang ketiga yakni Covid-19 yang membuat disrupsi menjadi combo. Kata Alex, tantangan yang diperkirakan akan terjadi 5 sampai 15 tahun kedepan, terjadi lebih cepat yang diperkirakan. Sehingga pemerintah perlu melakukan akselerasi transformasi digital. 

Baca Juga: ASN Kirim Narkoba Dalam Buku di Bandara Pekanbaru, Transaksi Pakai Bitcoin

"Kami tentu melakukan akselerasi dalam transformasi digital karena bagaimanapun juga 1 setengah tahun ini kita sudah dipaksa bekerja secara remote mobile kalau kita tidak memanfaatkan perkembangan teknologi digital tentu kita akan kehilangan momentum transformasi ini," kata A

lex.Namun kata Alex yang perlu dikhawatirkan adalah job shifting. Yakni adanya perubahan jabatan karena ada disrupsi.

Alex menyebut World Ekonomi Forum mempekirakan ada 85 juta pekerjaan akan hilang dalam 5 tahun ke depan. Namun 97 juta lebih pekerjaan baru akan lahir.

"97 juta lebih job baru akan lahir. job baru ini ini tentu membutuhkan skill yang baru knowledge dan behaviour yang baru," kata Alex.

Ia mencontohkan seperti pelayanan di Bank, begitu sudah disediakan layanan digital, masyarakat semakin berkurang mendatangi bank.

"Pertanyaannya karyawan yang di kantor cabang itu dikemanakan, jangan sampai ASN nanti juga terkaget-kaget pada waktu kita melakukan transformasi SPBN misalnya sistem pemerintahan berbasis elektronik digitalisasi,  kemudian kita lupa menyiapkan ASN kita, yang tadinya mengerjakan pekerjaan manual itu ASN melakukan pekerjaan apa," ucap dia.

Sehingga kata dia harus dipikirkan agar ASN siap melaksanakan transformasi sistem pemerintahan berbasis elektronik digitalisasi. 

"Nah ini tentu kita tidak boleh abaikan diskusi tentang Ini persiapan-persiapan ke arah sana. Artinya ada perlu terobosan di dalam learning dan developtement. ASN kita harus diberi akses kepada pembelajaran yang lebih masif agar mereka siap untuk menghadapi tantangan-tantangan pekerjaan yang lebih menantang dibandingkan apa yang kita lakukan sebelumnya," kata dia 

Lebih lanjut, Alex menuturkan bonus demografi yang akan dinikmati berupa di Digital Native itu tentu juga membuat pemerintah perlu menyiapkan akselerasi talenta-talenta milenial.

Sehingga kata Alex, milenial milenial mulai duduk di tempat-tempat untuk mengambil keputusan, pembuat strategi dan paham bahwa strategi yang dibuat itu sesuai dengan ekspetasi generasi milenial.

"Jangan sampai kita generasi milenial senior ini membuat kebijakan, tetapi kita tidak paham apa yang menjadi ekspektasi dari generasi milenial milenial ini. Nah ni tentu perlu ada percepatan atau akselerasi talenta milenial yang masuk agar kita memberikan ruang kepada mereka berkontribusi untuk mendorong kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan generasi milenial yang hidup di era digital ini."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI