Mengapa Konflik Antar Suku di Papua Sering Terjadi?

SiswantoBBC Suara.Com
Selasa, 05 Oktober 2021 | 12:57 WIB
Mengapa Konflik Antar Suku di Papua Sering Terjadi?
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konflik yang melibatkan antar suku di Kabupaten Yahukimo, Papua, menunjukkan "belum adanya formula penyelesaian" saat perselisihan terjadi di provinsi yang memiliki sekitar 255 suku itu, ditambah lagi faktor kesejahteraan sosial yang masih minim.

Tindakan kekerasan hingga perang antar suku kerap dilakukan sebagai bentuk penyelesaian masalah.

Untuk itu perlu dilakukan pemberdayaan oleh pemerintah hingga ke tingkat kampung untuk membuka ruang resolusi konflik, kata peneliti Papua.

Puluhan orang dari Suku Kimyal menyerang Suku Yali yang ada di rumah, gereja dan hotel pada hari Minggu (04/10) di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo.

Baca Juga: Kaki Pimpinan KKB Kabupaten Yahukimo Senat Soll Diamputasi Sebelum Meninggal

Serangan itu menyebabkan enam orang meninggal dunia, 42 luka-luka, ribuan orang mengungsi, tiga rumah dan satu hotel dibakar.

Baca juga:

Kemarahan warfa dipicu oleh kematian mantan Bupati Yahukimo Abock Busup di Jakarta, kata polisi.

Kematian Abock memicu tersebarnya kabar bohong dari Jakarta sampai ke Yahukimo, bahwa Abock dibunuh, dan menyebabkan sejumlah orang bergerak.

Kepolisian telah menangkap 52 orang yang diduga pelaku penyerangan.

Baca Juga: Kontak Tembak dengan KKB di Yahukimo, Empat Brimob Terluka

Mengapa konflik klasik antarsuku rawan terjadi?

Konflik di Yahukimo, yang disebut dipicu oleh kabar bohong, membuka fakta bahwa belum ada wadah penyelesaian perselisihan antar suku di Papua, kata Koordinator Jaringan Damai Papua Adriana Elisabeth.

"Pemberdayaan harus dilakukan dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga kampung yang jadi basis suku. Kepala kampung bertanggung jawab untuk mencegah hingga mengatasi konflik antarsuku," kata Adriana saat dihubungi wartawan BBC News Indonesia, Senin (04/10).

Jika konflik terjadi, tambah Adriana, ada sarana dialog antarkepala kampung untuk berkumpul dan menyelesaikan masalah.

"Ruang itu yang tidak ada, sehingga dalam mencari keadilan versi masing-masing suku, kekerasan menjadi pilihan dan rawan terjadi. Untuk itu perlu ada sarananya, representasi antarsuku, dan pemerintah hadir," katanya.

Adriana menjelaskan, setiap suku di Papua memiliki kesetaraan yang sama, walaupun mereka minoritas ataupun mayoritas, ditambah karakter kolektivitas dalam kehidupan.

"Kolektivitas itu yang menyebabkan mereka bisa digerakkan dalam jumlah banyak, baik untuk menciptakan konflik, ataupun penyelesaian konflik," katanya.

Sifat primordialisme antarsuku

Faktor lain, konflik klasik ini, kata Adriana, juga tidak bisa dilepaskan dari sifat primordialisme antarsuku yang bermutasi dari kekerasan fisik di masa lalu menjadi perebutan jabatan birokrasi, ekonomi dan lainnya.

"Di Papua sering kali, jika bupati dari suku A, sementara suku dominan B, muncul masalah, bupati dituding tidak memperhatikan suku lain. Lalu, jika suku A memimpin, mereka akan memprioritaskan, mengangkat birokrasi dari sukunya. Ini juga menjadi pemicu konflik."

"Harmonisasi gaya kepemimpinan sipil dengan adat berbasis suku ini belum ada formulanya sampai sekarang. Ini harus diselesaikan untuk menghindari kesenjangan, perselisihan, dan penyetaraan kesejahteraan" katanya.

Senada, Ketua Ikatan pelajar dan mahasiswa Yahukimo di Jayapura, Yanis Soll, mengatakan di Yahukimo terdapat 51 distrik dengan puluhan suku yang memiliki karakteristik kepribadian beragam.

Baca juga:

"Konflik terjadi karena kurangnya pendekatan terhadap masyarakat, belum adanya nilai kebersamaan dan ruang dialog jika muncul masalah antarsuku," kata Yanis.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan konflik rawan terjadi adalah karena kurangnya kesejahteran sosial di sana.

"Masyarakat belum ada jaminan kehidupan nyaman, ditambah adanya pendekatan militer," ujarnya.

Untuk itu, Yanis meminta pemerintah untuk fokus membangun komunikasi antar suku dan juga kesejahteraan di sana.

BBC News Indonesia telah menghubungi Pemerintah Provinsi Papua dan Majelis Rakyat Papua untuk meminta tanggapan, namun belum memberikan respons hingga berita ini diturunkan.

Yahukimo, 'dari konflik separatisme hingga kesukuan'

Kabupaten Yahukimo berjarak sekitar 250 kilometer dari Jayapura, Papua, tempat kini berlangsungnya Pekan Olahraga Nasional ke-20.

Distrik Dekai tempat konflik suku terjadi adalah ibu kota Kabupaten Yahukimo, dari total 51 distrik dan 510 kampung.

Di kabupaten ini setidaknya terdapat empat suku mayoritas yaitu Yali, Hubla, Kimyal dan Momuna (asal nama Yahukimo), dan suku-suku lainnya.

Konflik antarsuku hari Minggu lalu bukan kejadian pertama di wilayah ini.

Tahun 2018 lalu terjadi konflik antar Suku Yali dan Suku Ngalik yang dipicu kecelakaan sepeda motor.

Perang antarsuku ini menewaskan dua orang warga dan melukai enam orang lain, salah satunya adalah anggota polisi.

Di luar kabupaten ini, perang antarsuku juga terjadi di Jayapura antara Suku Nafri dan Suku Enggros terkait konflik hak tanah. Perang antarsuku juga pernah terjadi di Distrik Kwamki Narama, Timika, Papua, yang berlangsung berbulan-bulan.

Selain konflik kesukuan, Yahukimo juga kerap menjadi tempat serangan kelompok kekerasan bersenjata (KKB).

KKB diduga membunuh dua pekerja pembangunan jembatan di Dekai, dua bulan lalu. Sebelumnya, KKB juga pernah menyerang dan menembaki warga, serta menyandera empat orang, kata polisi.

Salah satu pimpinan KKB pernah ditangkap di Yahukimo yaitu Ananias Yalak, bekas anggota TNI AD.

Termakan kabar bohong, penyelesaian melalui dialog akan dilakukan

Tokoh senior dari Suku Kimyal Mari Mirin menegaskan kondisi di Yahukimo telah stabil dan aman.

Dia mengatakan, setelah proses pemakaman Abock di Jayapura selesai, akan dilakukan penyelesaian konflik ini dengan melibatkan tokoh adat, gereja dan pihak terkait.

"Kami mohon semua pihak menahan diri, jangan ambil tindakan sendiri-sendiri. Ada pimpinan gereja, masyarakat, dan pemerintah yang bisa menyelesaikan," katanya.

Pihak keluarga Abock, Anthony Marin juga mengatakan, telah menyerahkan kepada pihak kepolisian agar para pelaku menjalani proses hukum.

Baca juga:

"Kami serahkan ke pihak keamanan untuk diselidiki, perdamaian akan dilakukan setelah pemakaman ini," katanya.

Anthony menyesalkan penyerangan sepihak yang dilakukan oknum dari Suku Kimyal itu, ditambah saat korban tengah beribadah.

Yanis Soll menceritakan, konflik dipicu saat sekelompok oknum mendengar kabar kematian Abock dan tidak terima sehingga melakukan penyerangan.

"Mereka dapat info hoaks, dan tidak mengikuti arahan tokoh suku dan intelektual, termakan isu dengar kabar telepon dari Jakarta dan melampiaskan ke masyarakat terdekat," kata Yanis.

Penyebab kematian Abock

Partai Amanah Nasional, tempat mantan bupati itu bernaung sebagai kader, mengatakan, Abock meninggal karena serangan jantung mendadak.

"Almarhum wafat bukan karena tembakan. Berdasarkan keterangan tim dokter, Busup meninggal, diduga karena serangan jantung mendadak. Jadi wafatnya almarhum Abock tidak ada kaitannya dengan politik, terutama kondisi politik daerah" kata Viva Yoga Mauladi Senin (4/10), dilansir dari Detik.com.

https://twitter.com/eddy_soeparno/status/1444542346519932928

Sementara itu, polisi menjelaskan kronologi kematian Abock.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Rusdi Hartono mengatakan, Abock menginap di sebuah hotel di Jakarta, untuk transit kegiatan di Bali.

Saat itu, kata Rusdi, Abock ditemukan meninggal dunia oleh petugas hotel dan rekannya. Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban dan tidak juga ditemukan benda-benda mencurigakan di dalam kamar.

"Tidak juga ditemukan tanda-tanda kekerasan di sekitar tubuh korban dan juga tidak ditemukan benda-benda lain, obat-obatan dan sebagainya," katanya.

Rusdi mengatakan, berdasarkan keterangan dokter, Abock telah meninggal dunia ketika sampai ke rumah sakit.

Polda Papua: Kami fokus evakuasi korban dan masyarakat

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua Kombes Pol. Faizal Ramadhani mengatakan, polisi telah mengerahkan Brimob sebagai bantuan kendali operasi (BKO) dan juga bantuan dari TNI untuk melakukan patroli skala besar.

"Situasi telah kondusif, tapi mengenai kronologi karena kita komunikasi agak susah, makanya datanya masih sedang dikumpulkan," katanya.

BBC News Indonesia juga telah mencoba menghubungi beberapa warga, tokoh masyarakat hingga gereja di Yahukimo, namun hingga berita ini diturunkan mereka belum bisa dikontak.

Faizal menambahkan, hingga kini, sekitar seribu masyarakat masih mengungsi di Polres Yahukimo.

"Kita dahulukan evakuasi korban dan evakuasi masyarakat yang ada di Polres. Yang korban pembakaran, kita evakuasi di Polres. Kita juga dalam proses pemeriksaan (pelaku)," katanya.

Data terbaru, kata Faizal, korban meninggal dunia berjumlah enam orang, 43 orang luka-luka, dan kurang lebih seribu orang mengungsi di Polres Yahukimo - data terbaru pengungsi bertambah menjadi 4.580 di Polres Yahukimo dan Koramil Dekai., hingga Senin (04/10) malam.

Korban tewas adalah lima orang dari Suku Yali dan seorang pelaku penyerangan. Polisi juga telah menangkap 52 orang yang diduga pelaku penyerangan.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura, Senin (04/08) mengatakan, konflik terjadi sekitar pukul 12:45 WIT, hari Minggu.

Kerusuhan bermula saat oknum dari Suku Kimyal pimpinan Kepala Suku Morome Keya Busup menyerang warga dari suku Yali.

Para pelaku menggunakan dua unit mobil minibus dan membawah panah, parang serta senjata tajam lainnya menuju pemukiman Suku Yali.

Mereka menyerang Suku Yali dan membangkar tiga rumah serta satu hotel. Akibatnya, sekitar 1.000 warga mengungsi ke Polres Yahukimo.

Kamal menambahkan, kerusuhan dipicu oleh kabar meninggalnya Abock.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI