Suara.com - Dokumen pandora mengungkap transaksi gelap oleh sejumlah pemimpin dunia. Tapi Raja Yordania, Abdullah II, menolak tuduhan kerahasiaan, dan Rusia menilai klaim korupsi oleh pacar simpanan Putin "tidak memiliki dasar."
Adalah bukan sebuah kerahasiaan, bahwa kerajaan Yordania memiliki berbagai properti di luar negeri, klaim pemerintah di Amman, Senin (4/10).
Pernyataan tersebut sekaligus membantah dugaan awal seputar transaksi rahasia oleh kerajaan seperti yang terungkap dalam Pandora Papers (Dokumen Pandora).
Dalam rangkaian dokumen pajak dan perbankan yang bocor itu, Raja Abdullah II, tercatat menggunakan perusahaan cangkang di negara suaka pajak untuk membeli properti mewah senilai USD 100 juta (Rp1,4 juta) di Amerika Serikat dan Inggris.
"Bukan rahasia bahwa Paduka Raja memiliki sejumlah apartemen dan rumah di Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini bukan sesuatu yang aneh atau tidak lazim," tulis Kerajaan Yordania dalam pernyataan persnya.
Menurut pemerintah, raja membeli properti tersebut secara pribadi, tanpa menggunakan anggaran negara, dan digunakan hanya selama kunjungan.
"Properti-properti ini tidak dipublikasikan karena masalah keamanan dan privasi, serta bukan dirahasiakan untuk menyembunyikannya seperti yang tertera dalam laporan tersebut. Perlindungan privasi adalah penting bagi kepala negara."
Laporan seputar transaksi gelap Raja Abdullah II muncul ketika Yordania dilanda aksi protes massal terkait situasi ekonomi, pengangguran yang tinggi dan kebuntuan reformasi politik.
Rusia bantah aliran duit gelap
Tuduhan serupa secara tidak langsung diarahkan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia dikaitkan dengan sejumlah aset rahasia di Monaco, antara lain dengan sebuah rumah mewah milik seorang perempuan Rusia yang diyakini memiliki anak dengan Putin, lapor The Washington Post, Senin (4/10).