Suara.com - Sebuah studi penelitian menyebutkan kalau pantai Jakarta, yakni Teluk Angke dan Ancol tercemar paracetamol. Terkait hal itu, warga di sekitar kawasan Muara Angke mengaku belum mengetahui hal tersebut.
Pantauan Suara.com, Senin (4/10/2021) siang, aktivitas di Pelabuhan Muara Angke tampak sepi. Kapal-kapal hanya terlihat bersandar di dermaga.
Air laut di bibir dermaga tampak sedikit keruh. Sampah-sampah dengan volume kecil juga terlihat mengambang di permukaan.
Tini (37), penjual kopi yang sehari-hari mangkal di kawasan Pelabuhan Muara Angke mengaku belum mengetahui soal tercemarnya air laut oleh kandungan paracetamol. Bahkan, dia baru tahu setelah awak media bertanya mengenai hal itu siang ini.
Baca Juga: Dinas LH DKI: Sampel Air Laut Teluk Jakarta Mengandung Paracetamol Diambil Tahun 2017
"Wah malah saya belum dengar isu itu," ungkap dia saat ditemui di lokasi.
Tini mengatakan, aktivitas di bibir dermaga masih tampak normal dalam beberapa waktu ke belakang. Bahkan, kata dia, masih banyak orang yang kerap mandi di bibir dermaga.
"Masih banyak yang mandi di laut juga kok, kalau sudah sore itu, kalau sudah agak adem," sambungnya.
Warga lainnya, Fauzi (60) juga mengaku tidak mencium adanya bau obat-obatan pada air laut. Sepanjang yang dia tahu, aroma tidak sedap itu hanya berasal dari solar-solar kapal yang bersandar di pelabuhan.
"Kalau bau obat-obatan saya tidak nyium sih," ujar pria yang akrab disapa Oji tersebut.
Baca Juga: Dampak Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol, Ini Kata Peneliti
Oji menambahkan, sejak akhir pekan lalu memang ada sejumlah petugas yang mengambil sampel air laut. Tidak hanya itu, sejumlah awak media sejak beberapa waktu ke belakang juga mendatangi lokasi untuk meliput soal isu tercemarnya air laut.
"Kemarin, beberapa waktu lalu memang ada petugas yang ambil sampel air laut. Wartawan juga ada beberapa yang sudah datang ke sini.
Sebelumnya, sebuah hasil studi menyebutkan air laut di kawasan Teluk Jakarta memiliki kandungan paracetamol. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun bakal menelusuri hal ini lebih lanjut.
Hasil penelitian tersebut dimuat dalam sebuah jurnal bertajuk Science Direct, Agustus 2021. Tertulis dalam penelitian tersebut, air laut di Angke memiliki konsentrasi tinggi akan kandungan Paracetamol, yakni 610 ng/L.
Sedangkan di Ancol ditemukan kandungan paracetamol sebesar 420 ng/L.
Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan menyebut sejauh ini pihaknya belum mendapatkan temuan soal ini. Namun, ia menyebut akan melakukan penelusuran terkait hal ini.
"Nanti kita dalami, kita telusuri di mana sumbernya dan akan membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatasi pencemaran itu," ujar Yogi saat dikonfirmasi, Jumat (1/10/2021).
Selama ini, kata Yogi, kandungan obat-obatan di air laut bukan menjadi parameter khusus pihaknya untuk diteliti. Namun, jika memang benar air laut mengandung paracetamol, maka bisa dianggap sebagai pencemaran lingkungan.
"Iya, karena bukan pada tempatnya. Parasetamol kok ada di laut, apapun yang tidak pada tempatnya, apapun yang melebihi kadarnya di suatu tempat tergolong pencemaran," pungkasnya.
Reaksi Wagub DKI
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga angkat bicara soal riset yang mengatakan ada kandungan paracetamol di laut Teluk Angke dan Ancol. Ia meminta agar masyarakat tak membuang sampah sembarangan.
Riza mengatakan pembuangan sampah di laut hanya akan membuat pencemaran. Apalagi jika yang dibuang adalah limbah medis seperti obat-obatan.
"Masyarakat atau siapapun jangan sembarangan membuang sampah, apalagi limbah obat-obatan, kita jaga lingkungan kita, laut kita, kita jaga kebersihannya dan juga ekosistem kita," ujar Riza di Balai Kota DKI Jakarta.
Menurut Riza, pembuangan limbah medis farmasi memang mengalami peningkatan, terlebih di masa pandemi Covid-19. Meski demikian, Riza mengimbau agar prosedur pengolahan limbah tetap diperhatikan.
"Dinkes sudah melakukan upaya-upaya antisipasi bersama dinas LH untuk memastikan semua limbah dari Covid-19 bisa disalurkan ke tempat-tempat pengelolaan limbah, sesuai dengan SOP aturan yang ada," katanya.
Mengenai temuan tersebut, Riza mengaku sudah meminta Dinas LH menelusurinya. Uji kandungan terhadap kandungan air tersebut sudah mulai dilakukan agar mendapatkan hasil termutakhir.
"Jadi kita memang DLH DKI selalu meneliti setiap 6 bulan sekali, nanti kita tunggu hasilnya, sedang diteliti sesuai dengan PP 22 ttg penyelenggaraan perlindungan pengelolaan lingkungan hidup," tuturnya.