AD/ART Demokrat Digugat, Kubu AHY: Dalangnya Moeldoko, Wayangnya Yusril!

Senin, 04 Oktober 2021 | 10:54 WIB
AD/ART Demokrat Digugat, Kubu AHY: Dalangnya Moeldoko, Wayangnya Yusril!
AD/ART Demokrat Digugat, Kubu AHY: Dalangnya Moeldoko, Wayangnya Yusril! Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Moeldoko dan Yusril Ihza Mahendre dituding merancang skenario terkait gugatan uji materi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat ke Mahkamah Agung. Keduanya disebut menjadi aktor yang memerintahkan empat mantan kader Partai Demokrat untuk mengajukan gugatan ke pengadilan. 

Pernyataan itu disampaikan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra. Menurutnya, Moeldoko menjadi dalang di balik gugatan AD/ART Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Terkait gugatan itu, Herzaki menuding jika Moeldoko dan Yusril Ihza Mahendra sama-sama ambisius hingga egomania.

"KSP Moeldoko berkoalisi dengan Yusril. Kedua orang ini sama-sama ambisiusnya. Egomania," kata Herzaky dalam keterangannya yang dikutip Suara.com, Senin (4/10/2021).

Menurut Herzaky, ada strategi khusus dibalik pengajuan uji materi AD/ART Demokrat ke MA. Di mana mantan kader yang bertindak sebagai penggugat hanya dijadikan sebagai pemeran pembantu dalam strategi tersebut.

"Strategi mereka, Dalangnya Moeldoko, Wayangnya Yusril, dengan pemeran pembantu para pemohon tersebut. Kami  tahu, bahwa yang namanya kontrak profesional, pasti ada rupiahnya. Itu wajar. Tapi kami minta agar Yusril mengakui saja. Jangan berkoar-koar demi demokrasi," tuturnya.

Dia juga menambahkan, wajar jika para kader partai Demokrat kekinian emosi dalih Yusril dukung Moeldoko karena demi demokrasi. Yusril bahkan diminta untuk lebih dulu membenarkan AD/ART partainya ketimbang urusi AD/ART partai lain.

Lebih lanjut, Herzaky kembali mengungkit soal adanya penawaran Rp100 miliar dari Yusril untuk Demokrat. Kala itu Demokrat kubu AHY menolak secara halus dan menganggap angka yang ditawarkan Yusril terlalu besar.

"Bayangkan, kami yang berada di pihak yang benar saja dimintai tarif 100 miliar," tuturnya.

"Faktanya, seminggu kemudian, tanpa Yusril, kami memang benar menang. Pengajuan KSP Moeldoko ditolak oleh Pemerintah. Sekarang, kami tidak bisa membayangkan, berapa KSP Moeldoko harus membayar Yusril pada posisi KSP Moeldoko yang salah dan kalah."

Baca Juga: Sebut Kubu Moeldoko Sudah Tercerai Berai, Demokrat Optimis Menangi Gugatan

Yusril Gugat AD/ART Demokrat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI