Suara.com - Amin berkali-kali berdecap kesal, ketika dimintai tanggapannya mengenai Novel Baswedan yang dituding berpaham radikal atau populernya di jagat media sosial dituduh seorang taliban. Raut wajahnya seketika berubah mendengar pertanyaan itu, yang semula sangat ramah.
"Itu tidak benar. Itu tidak benar, itu fitnah," kata Amin berulangkali dengan tatap mata yang berapi-api, Jumat (1/10/2021) sore.
Amin adalah Marbot Masjid Jami Al-Ihsan, tempat Novel biasa melaksanakan ibadah salat berjamaah lima waktu. Masjid Jami Al-Ihsan berada di komplek dekat rumah Novel di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Pria 61 tahun ini mengaku telah mengenal Novel beberapa tahun lalu. Meski terbilang belum lama saling mengenal, dia meyakini tudingan itu adalah sebuah kebohongan besar yang tidak berdasar. Ia mengenal Novel sebagai pribadi yang baik.
Baca Juga: Cerita Si Raja OTT KPK, Bikin Orang Ngaku Setelah Disuruh ke Makam Sang Ibu
"Pak Novel orang baik. Baik banget, saya percaya itu. Tanya saja warga satu RT di ini. Itu apa, radikal-radikal enggak benar, itu tidak benar. Kalau ada orang bilang begitu taliban jangan percaya," ujarnya.
Amin mengaku mengetahui kabar pemecatan Novel dari cerita jamaah masjid. Dia mengatakan tidak kaget dengan informasi itu, namun lebih menyayangkan dan geram mengapa orang sebaik dan selurus Novel harus dibuang dari KPK. Terlebih Novel sempat menjadi korban penyiraman air keras saat masih menjadi penyidik lembaga antikorupsi.
"Dalam hati saya geram mendengar kabar itu (pemecatan Novel). Tapi saya bukan siapa-siapa, enggak bisa berbuat apa-apa," tuturnya.
Dia pun menduga, pemecatan Novel dari KPK karena pekerjaannya yang gencar memberantas korupsi. Novel menurutnya bukan seseorang yang bisa dikendalikan untuk berbuat curang dalam pekerjaannya.
"Karena dia selalu bilang ke saya, kalau saya mau curang bagaimana pertanggung jawaban saya di akhirat. Dia kan memang orang lurus, kalau dia mau kaya bisa saja. Tapi yang dia bilang tadi, di sana (akhirat) saya bagaimana, dia ngomong gitu," ujarnya.
Baca Juga: Herbert Sakit Hati: 16 Tahun di KPK, Duduk Dua Jam Ikut TWK Dicap Anti Pancasila
Pernyataan Amin tersebut, seolah mengkonfirmasi temuan Komnas HAM yang menyatakan terdapat 11 pelanggaran HAM dalam proses TWK, dasar pemecatan Novel dan puluhan pegawai dari KPK. Dari hasil penyelidikan juga ditemukan penyalahgunaan kewenangan atau abuse of power terkait pemberhentian Novel dan kawan-kawannya.
"Itu dia tadi, beliau kan tidak bisa diatur-atur (berbuat) curang, makanya dipecat," kata Amin.
Diberangkatkan Umroh oleh Novel
Amin menuturkan, selama mengenal Novel, ia tidak menemukan keburukan. Bahkan dia mengungkapkan perjalanannya ke tanah suci Mekah beribadah Umroh dibiayai Novel.
"Desember 2019 sebelum Covid-19 saya diberangkatkan umroh oleh beliau. Bareng sama pembantunya dia," ujar Amin.
Dia pun mengenang pengalamannya itu. Beberapa bulan sebelum berangkat, Amin diajak makan malam di rumah Novel. "Saya memang sering diajak makan di rumah beliau," tuturnya.
Saat itu, Amin ditanya oleh Novel, "Sudah pernah ke tanah suci belum pak," ucapnya menirukan.
"Saya jawab, belum Pak,"
"Yaudah Insya Allah besok berangkat ya Pak. Pak Amin bedoa saja," kata Novel.
"Amin, jawab saya gitu".
Berselang, Novel kembali mengajak Amin makan di rumahnya. Lalu diberitahukan akan diberangkat ke tanah suci untuk Umroh.
"Saya senang bangat, itu semua biaya ditanggung oleh Pak Novel dan istrinya. Mulai dari paspor hingga uang saku. Saya sama sekali tidak mengeluarkan uang sepersen pun," ungkap Amin mengingat pemberian dari Novel itu.
Tak hanya itu saja, banyak kebaikan yang diperbuat oleh Novel di lingkungan tempat tinggalnya. Amin pun mengatakan Novel sosok yang dermawan.
"Semua orang kalau susah pasti dibantunya. Dia sedekah makanan, biasanya kan telor ya, kalau orang, kalau dia itu rendang sama telur. Selalu beda sendiri kalau beliau," ungkapnya.
"Kurban juga begitu, sapinya selalu yang paling besar. Pembangunan masjid (Masjid Jami Al-Ihsan) ini juga banyak campur tangannya," sambung Amin.
Jadi Saksi Novel Tabrak Tiang Masjid
Aktif di masjid dan sering berpapasan saat melaksanakan salat berjamaah. Sedikit banyak Amin mengetahui cerita hidup mantan penyidik KPK itu.
Dia pun mengenang kejadian Novel yang menabrak tiang masjid pasca menjalani operasi di Singapura, karena luka di matanya akibat disiram air keras.
Kata Amin, Novel hendak berwudu untuk melaksanakan salat. Beberapa pengawalnya sudah berjalan terlebih dahulu membelakanginya.
"Sudah itu dia jalankan, tiba-tiba bruk, dia nabrak tiang. Saya kaget, antara kasihan, tapi saya pengen ketawa," ujarnya mengingat kejadian itu sambil tersenyum.
Di samping itu Amin pun mengenang kepulangan Novel dari Singapura, setelah menjalani operasi. Kepulangannya disambut meriah oleh para warga. "Itu sepanjang jalan, dia sambut sama warga. Semua orang berkumpul di pinggir jalan. Mulai dari anak TK, menyambut kedatangannya dia," kata Amin.
Hal itu pula yang diyakininya sebagai bukti bahwa Novel adalah orang yang baik, bukan seorang radikal. “Beliau (Novel) orang baik, benar baik,” tutup Amin.