Dipaksa Aparat Bubar, Ribuan Pendukung Pemerintah Sipil di Sudan Ditembaki Gas Air Mata

Jum'at, 01 Oktober 2021 | 15:31 WIB
Dipaksa Aparat Bubar, Ribuan Pendukung Pemerintah Sipil di Sudan Ditembaki Gas Air Mata
Aksi unjuk rasa rakyat Sudan menuntut pengunduran diri Presiden Omar al-Bashir yang sudah berkuasa hampir 30 tahun. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasukan keamanan Sudan menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi di Ibu Kota Khartoum. Demonstrasi tersebut digelar untuk menunjukkan dukungan terhadap transisi pemimpin sipil menuju demokrasi.

Upaya kudeta di mana para pejabat menyalahkan tentara yang setia kepada pemerintahan masa Omar al-Bashir memperlihatkan perpecahan antara kelompok militer dan sipil yang berbagi kekuasaan selama masa transisi yang dimaksudkan untuk berjalan hingga 2023 dan mengarah pada pemilihan.

Melansir dari Aljazeera, Jumat (1/10/2021), diperkirakan 20.000 orang, sebagian besar datang dengan kereta api dari Atbara dan Madani, berkumpul di Khartoum pada Kamis (30/9/2021).

Kerumunan pendemo menyambut kedatangan kereta dari Madani. Mereka memanjat ke atas kereta dan mengibarkan bendera Sudan sambil meneriakkan, “Tentaranya adalah tentara Sudan, bukan tentara Burhan”.

Baca Juga: Miris! Dilanda Konflik dan Kemiskinan, Warga Sudan Selatan Bertahan Hidup Makan Dedaunan

Sahutan tersebut merujuk kepada Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin militer Sudan dan Dewan Berdaulat.

“Kami datang hari ini untuk memblokir kudeta apapun dan mencapai pemerintahan sipil. Kami tidak akan membiarkan militer mengendalikan revolusi kami,” kata Eman Salih, seorang mahasiswa berusia 22 tahun.

Menurut kantor berita Reuters, pasukan keamanan kemudian menembakkan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.

“Tujuan unjuk rasa ini adalah untuk melindungi transisi demokrasi Sudan dan tidak ada cara untuk mencapainya tanpa mengakhiri kemitraan dengan dewan militer,” kata Asosiasi Profesional Sudan dalam sebuah pernyataannya.

Setelah upaya kudeta minggu lalu, pejabat sipil menuduh para pemimpin militer melampaui batas mereka, sementara para jenderal mengkritik manajemen sipil atas proses ekonomi dan politik dengan mengatakan bahwa pasukan mereka diabaikan dan tidak dihargai. (Jacinta Aura Maharani)

Baca Juga: Ngeri! Perang Antarsuku Pecah di Sudan, 40 Orang Tewas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI