Suara.com - Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Jumat (1/10/2021).
Upacara tersebut disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden. Peserta upacara menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak.
Ketua DPD La Nyalla Mahmud Mattalitti membacakan teks Pancasila. Ketua MPR Bambang Soesatyo membacakan pembukaan UUD 1945.
Pembacaan dan penandatanganan ikrar dilakukan Ketua DPR Puan Maharani.
Baca Juga: Jangan Lupakan Sejarah! Peristiwa 1 Oktober, Ada Bom Bali dan Kesaktian Pancasila
"Ikrar, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami yang melakukan upacara ini menyadari sepenuhnya bahwa sejak diproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, pada kenyataannya telah banyak terjadi rongrongan baik dalam negeri maupun luar negeri terhadap NKRI," kata Puan.
"Bahwa rongrongan tersebut dimungkinkan oleh karena kelengahan, kekurangwaspadaan bangsa Indonesia terhadap kegiatan yang berupaya untuk menumbangkan Pancasila sebagai ideologi negara."
Puan mengatakan dengan semangat kebersamaan yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur ideologi Pancasila, bangsa Indonesia tetap dapat memperkokoh tegaknya NKRI.
"Maka di hadapan Tuhan yang maha esa dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Kami membulatkan tekad untuk tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber kekuatan, menggalang kebersamaan untuk memperjuangkan, menegakkan kebenaran dan keadilan demi keutuhan NKRI," kata Puan.
Setelah penandatanganan ikrar, upacara diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Baca Juga: Ditemani Mensesneg, Jokowi Melayat Mendiang Sabam Sirait
Sebelum meninggalkan lokasi upacara, Presiden, Wakil Presiden, dan pimpinan lembaga tinggi negara melakukan tapak tilas dengan mengunjungi beberapa lokasi di Monumen Pancasila Sakti.
Seusai upacara, Presiden Jokowi berdoa di depan sumur tempat jasad Tujuh Pahlawan Revolusi dimasukkan saat Peristiwa 30 September 1965 atau G30S. Sumur tersebut lazim disebut "Lubang Buaya."