Rebutan Hak Asuh Anak Israel, Korban Selamat Satu-satunya Kecelakaan Kereta

SiswantoBBC Suara.Com
Sabtu, 25 September 2021 | 10:05 WIB
Rebutan Hak Asuh Anak Israel, Korban Selamat Satu-satunya Kecelakaan Kereta
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kisah Eitan Biran, seorang anak Israel berusia enam tahun, telah menyita perhatian publik sejak peristiwa naas yang merenggut nyawa keluarganya.

Eitan, kakaknya Tom, kedua orang tuanya, Amit Biran dan Tal Peleg, serta dua buyut menumpangi kereta gantung di Italia pada Mei lalu. Keluarga Eitan adalah warga negara Israel yang telah menetap di Italia selama beberapa tahun terakhir.

Kereta gantung itu mengalami kecelakaan yang menyebabkan 14 orang meninggal dunia. Dari keluarga Eitan, hanya dia lah yang selamat. Ia sendiri mengalami luka serius dan sempat mendapat perawatan di rumah sakit Turin selama berminggu-minggu.

Baca juga:

Baca Juga: Tak Tuntut Harta Gono Gini, Bams Eks Samsons Hanya Ingin Hak Asuh Anak

Sejak peristiwa tersebut, Eitan menyita perhatian publik baik di Italia maupun Israel, terlebih menyangkut hak asuh.

Pengadilan Italia memberikan hak asuh Eitan kepada Aya Biran-Nirko, bibi dari keluarga ayah. Sang bibi adalah seorang dokter kelahiran Israel yang menetap di Italia.

Pada tanggal 13 September, kakek Eitan dari garis ibunya, Shmulik Peleg, menjemputnya untuk diajak jalan-jalan.

Sejak kecelakaan tersebut, Peleg berpindah dari Israel ke Italia dan pengadilan juga memberikan hak untuk mengunjungi cucunya.

Namun pada hari itu, Peleg membawa Eitan ke negara tetangga Italia, Swiss melalui jalur darat dan kemudian membawanya ke Israel dengan penerbangan pesawat pribadi dengan menggunakan paspor Eitan keluaran Israel.

Baca Juga: Digugat Hak Asuh, Ini 6 Potret Ririn Dwi Ariyanti Bareng Anak Tanpa Aldi Bragi

Perkara penculikan

Pihak berwenang Italia langsung melakukan penyelidikan kasus penculikan dan memeriksa Peleg yang bersikukuh bahwa tindakannya sah dan merupakan langkah terbaik bagi cucunya.

Shmulik Peleg mengatakan Eitan "bahagia dan dikelilingi keluarganya" dan menegaskan ia beserta cucu meninggalkan Italia "dengan cara yang sah", sebagaimana dilaporkan televisi Israel, Channel 12 TV pekan lalu.

"Ia berada di tempat yang semestinya, di rumahnya, di Israel."

Akan tetapi Aya Biran-Nirko menolak klaim Peleg dan mengajukan gugatan ke pengadilan Israel untuk mengembalikan Eitan ke pangkuannya.

Ia menggunakan dalih Konvensi Den Haag tentang Penculikan Internasional Anak, perjanjian yang dapat digunakan untuk mengembalikan anak di bawah usia 16 yang diculik ke negara tempat tinggalnya.

Ketika tiba di pengadilan Israel untuk menghadiri sidang praperadilan pada Kamis (23/09), Aya Biran-Nirko, mengatakan ia menginginkan keponakannya segera kembali.

"Pada tahap ini, saya cemas. Saya menginginkan Eitan pulang secepat mungkin. Saya ingin masuk ke ruang sidang, saya ingin sidang segera digelar. Saya menginginkannya pulang secepat mungkin.

Shmulik Peleg juga menghadiri sidang praperadilan didampingi kuasa hukumnya.

Wartawan BBC di Israel, Yolande Knell, yang meliput sidang, mengatakan baik Israel maupun Italia telah menandatangani Konvensi Den Haag, tetapi kasus ini diwarnai situasi luar biasa sehingga sulit diputuskan.

Kendati demikian, tim pengacara dari kedua belah pihak telah mengeluarkan pernyataan bersama untuk melindungi bocah enam tahun itu agar tidak mengalami trauma lebih dalam.

Hakim selanjutnya akan mengkaji kasus ini sebelum sidang yang rencananya akan digelar pada tanggal 8 Oktober.

Hakim juga menyerukan agar publik memberikan privasi kepada Eitan Biran dan keluarganya.

Sementara ini, Eitan akan tetap berada di Israel menunggu keputusan pengadilan dan akan menghabiskan waktu bersama keluarga bapak dan keluarga ibu.

REKOMENDASI

TERKINI