Suara.com - Politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik, turut mengomentari hadirnya Yusril Ihza Mahendra yang menjadi kuasa hukum Demokrat kubu Moeldoko dalam mengajukan uji materi atau judicial review terkait AD/ART Demokrat tahun 2020 ke Mahkamah Agung (MA).
Rachland mempertanyakan sikap Yusril yang mengaku netral dalam skandal pembegalan Partai Demokrat oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Ia juga mempertanyakan Yusril menjadi kuasa hukum Moeldoko hanya karena peduli pada demokratisasi dalam tubuh partai politik.
"Tapi skandal hina pengambil-alihan paksa Partai Demokrat oleh unsur Istana, yang pada kenyataannya dibiarkan saja oleh Presiden, pada hakikatnya adalah sebuah krisis moral politik. Dan orang yang mengambil sikap netral dalam sebuah krisis moral, sebenarnya sedang memihak pada si kuat dan si penindas," kata Rachland kepada wartawan, Jumat (24/9/2021).
Rachland juga mempermasalahkan alasan Yusril bersedia mendampingi kubu Moeldoko untuk menggugat AD/ART Demokrat atas dasar adanya kekosongan hukum.
![Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko / [SuaraSulsel.id / KSP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/26/80538-moeldoko.jpg)
Menurutnya, jika hal itu dipermasalahkan Yusril, mengapa hanya AD/ART Demokrat yang diajukan uji materi.
"Dalam keperluan itu, ia bisa saja memilih bertindak sebagai Profesor Tata Negara yang berjuang dengan sepenuhnya pamrih akademis. Misalnya mendorong legislative review terhadap UU Partai Politik agar "kekosongan hukum" yang ia sebut bisa dibahas para legislator. Tapi tidak: Ia justru secara spesifik dan selektif menyoal AD/ART Partai Demokrat," tuturnya.
Lebih lanjut, Rachland mengatakan jika Yusril teliti, ada AD/ART partai koalisi pemerintahan Jokowi yang juga bermasalah. Dimana, kata dia, faktanya ada partai anggota koalisi pemerintah yang memiliki struktur Majelis Tinggi namun dengan kekuasaan yang bahkan jauh lebih besar.
"Jadi kenapa hanya Demokrat? Jawabnya, karena Yusril memihak Moeldoko dan mendapat keuntungan dari praktik politik hina yang dilakukan Kepala Staf Kepresidenan pada Partai Demokrat," tuturnya.
"Padahal sebagai advokat, Yusril sebenarnya bisa menolak menjadi Kuasa Hukum Moeldoko tanpa berakibat pupusnya akses Moeldoko pada keadilan. Moeldoko bukan orang miskin. Duitnya mampu membeli jasa advokat lain," sambungnya.
Baca Juga: Heboh Video AHY Nangis Lihat Moeldoko Resmi Jadi Ketum Partai Demokrat, Begini Faktanya
Yusril Uji Materi