Suara.com - Sungai-sungai merah dari bebatuan cair membentuk delta sebelum terjun ke air. Gumpalan gas naik ketika batu-batu terlempar sampai sejauh 250m dari titik tumbukan.
Ketika lava mengalir ke air laut, itu bisa menjadi tontonan yang memukau. Tapi fenomena ini juga berpotensi mematikan - gasnya bisa menjadi racun, airnya mendidih dan batu-batu yang beterbangan sangat besar.
Jadi apa sebenarnya yang terjadi? Dan bagaimana Anda bisa memastikan bahwa Anda tetap aman, jika Anda pernah menyaksikannya secara langsung?
Gas berbahaya
Lava yang memasuki lautan dapat menciptakan serangkaian bahaya khusus yang diketahui telah melukai atau membunuh orang-orang yang tak menaruh curiga di dekatnya, ujar US Geological Survey (USGS).
Baca Juga: Fakta Unik Letusan Gunung Tambora, Hasilkan Penemuan Cikal Bakal Sepeda
Pertemuan magma panas (batuan cair) dan air dingin menghasilkan kabut berbahaya yang disebut "laze" - yang jauh lebih berbahaya ketimbanng kedengarannya.
Baca juga:
- Jatuh ke lubang lava di kebunnya, seorang pria tewas
- 'Ini malapetaka' - Lava gunung berapi di wilayah Spanyol hancurkan ratusan rumah
- Gunung Kilauea muntahkan lava, 23 orang luka-luka di Hawaii
"Ketika magma bertemu laut, itu menghasilkan kolom-kolom uap, lantaran air garam menguap dalam skala besar.
"Ini karena perbedaan suhu yang besar: lava memiliki suhu lebih dari 900C, sementara air sekitar 23C," kata José Mangas, profesor geologi di Universitas Las Palmas de Gran Canaria di Kepulauan Canary, di mana gunung berapi Cumbre Vieja saat ini tengah meletus.
"Karena air mengandung klorida, sulfat, karbonat, fluorida dan yodium, antara lain, gas beracun juga menjadi mudah menguap dan naik," kata Mangas kepada BBC.
Baca Juga: Kedahsyatan Letusan Gunung Sunda dan Terbentuknya Danau Bandung Purba
Gas-gas tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
Mangas memberikan contoh wilayah laut yang terletak di dekat gunung berapi Hawaii, di mana pengunjung yang tidak menaruh curiga, meninggal setelah menghirup gas beracun.
Gas-gas ini juga meninggalkan bau busuk di daerah terdekat - yang akhirnya hilang, untungnya.
Video ini menunjukkan lahar dari gunung berapi Kilauea di Hawaii yang mengalir ke laut di Teluk Kapoho, menyebabkan kabut asam klorida yang berlarut-larut.
https://www.youtube.com/watch?v=dJnTNUjixBY
Batu-batu beterbangan dan ledakan bertubi-tubi
Serangkaian bahaya lainnya disebabkan oleh penumpukan lava di sepanjang lereng laut, menciptakan delta yang tidak stabil.
Saat lava didinginkan dengan cepat melalui kontak dengan air, delta pecah dan runtuh, kadang-kadang dalam ledakan, melemparkan fragmen lava dan batu ke darat atau laut.
Para ilmuwan tidak dapat memprediksi waktu atau ukuran keruntuhan delta.
Baca juga:
- Keluarkan lava pijar dan awan panas, Gunung Merapi masih tetap dalam status siaga
- Letusan dahsyat Gunung Etna yang seakan menerangi langit malam
- Enam tipe letusan gunung berapi yang patut Anda ketahui
USGS mengatakan orang-orang harus tinggal setidaknya 300 meter dari tempat lava bertemu lautan, bahkan jika mereka berada di atas kapal. Ini adalah tentang seberapa jauh capaian bebatuan dan puing-puing itu terlempar sebelumnya.
Héctor Lamolda Ordóñez, dari National Geographic Institute dan juga seorang profesor di Universidad Complutense de Madrid, mengatakan gas beracun yang terperangkap di dalam bebatuan juga dapat dilepaskan selama keruntuhan delta.
Menurut USGS, delta lava mungkin terlihat stabil dari amatan mata yang tidak terlatih, tetapi sebetulnya sangat rapuh.
Baca juga:
- Merasakan hidup di kaki Gunung Etna
- Gunung Fuego di Guatemala meletus lagi, evakuasi digencarkan
- Keagungan gunung api dalam lukisan Vesuvius dan potret letusan Kilauea
Pada 1993 seorang fotografer tersapu ke dalam laut dan tidak pernah ditemukan setelah delta runtuh di daerah Hawaii yang sudah ditandai dengan seksama.
Lusinan pengunjung juga terluka ketika mereka mencoba melarikan diri dari bebatuan panas, percikan dan puing-puing.
Dan pada 2018, juga di Hawaii, 23 orang terluka ketika bongkahan bebatuan cair seukuran bola bisbol, yang dikenal sebagai bom lava, menabrak atap kapal wisata.
Gelombang panas
Tidak kalah berbahayanya adalah gelombang air panas yang menyapu permukaan delta lava.
Orang-orang yang berdiri di dekat area tersebut di masa lalu telah menderita luka bakar tingkat dua akibat air dan uap yang menyertainya, kata USGS.
Keruntuhan delta dapat menghasilkan gelombang di daratan dan lepas pantai, membahayakan kapal di daerah tersebut.
'Medan perang'
Menariknya, sungai lava cair yang mengalir ke air laut melibatkan beberapa proses alam yang ganas.
Di Hawaii, pertemuan-pertemuan itu digambarkan sebagai "medan perang" - sebuah kiasan untuk dewa gunung berapi Hawaii (Pele) dan laut (Nmakaokaha'i), menurut USGS.
Ini adalah ekspresi yang secara sempurna menangkap interaksi fisik bergejolak yang disebabkan oleh pertemuan lava dan air laut.