Sejak Taliban Kembali Berkuasa, Tukang Cukur di Afghanistan Menjerit

Rabu, 22 September 2021 | 14:16 WIB
Sejak Taliban Kembali Berkuasa, Tukang Cukur di Afghanistan Menjerit
Ilustrasi pria cukur rambut di barbershop. (Unsplash/Firza Pratama)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tukang cukur di Afghanistan mengalami krisis setelah Taliban berkuasa karena warga tidak memiliki uang dan takut untuk potong rambut.

Menyadur Straits Times Rabu (22/9/2021), sejak Taliban berkuasa pada pertengahan Agustus, warga Afghanistan takut dihukum jika mereka potong rambut dengan gaya yang modis.

"Sebelumnya, orang-orang datang dan meminta gaya rambut yang berbeda, tapi sekarang tidak seperti itu lagi," kata Shah, tukang cukur berusia 24 tahun.

"Sekarang mereka patah hati," sambungnya. Kini Shah juga harus menutupi tempat usahanya menggunakan tirai di bagian cerminnya agar tidak terlalu mencolok.

Selama berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001, Taliban melarang gaya rambut flamboyan dan memaksa pria untuk menumbuhkan janggut.

Setelah Taliban digulingkan, warga banyak yang mencukur rambut sebagai tanda modernitas, termasuk di kota Herat yang relatif kosmopolitan.

"Sekarang orang datang ke sini dan mereka hanya meminta potongan sederhana. Mereka juga tidak mencukur janggut, jadi itu masalah sekarang" kata Shah.

Pria yang sudah berkecimpung dalam bisnis barber shop selama 15 tahun tersebut juga mengungkapkan jika sejak Taliban berkuasa, pendapatan hariannya anjlok dari sekitar Rp 200 ribu menjadi hanya Rp 70 ribu.

Mohammad Yousefi, pria yang juga berprofesi sebagai tukang cukur, juga mengeluhkan pendapatannya berkurang sejak Taliban berkuasa.

Baca Juga: Unjuk Rasa Pencari Suaka Afghanistan di DPR Ricuh

Pria 32 tahun tersebut mengatakan dia harus menurunkan harganya secara dramatis, dari Rp 85.00 menjadi hanya Rp 14.000, untuk menjaga tokonya tetap berjalan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI