Dilansir Associated Press, pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya telah mengetahui permintaan tersebut. Mereka mengatakan keputusan ada di tangan kesembilan anggota komite kredensial, di mana AS adalah salah satunya.
Seorang pejabat mengatakan bahwa komite "akan membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan."
Namun, tampaknya delegasi Taliban tidak akan mendapatkan kesempatan untuk berbicara dalam sesi debat tingkat tinggi minggu ini.
Sementara itu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Selasa (21/09), menyerukan agar pemimpin dunia tidak berpaling dari Afganistan yang kini dipimpin Taliban.
Ia menyerukan "pentingnya untuk melanjutkan dialog dengan Taliban karena boikot hanya mengarah ke polarisasi dan reaksi, sedangkan dialog dapat membawa hasil positif.''
Ia pun meminta para pemimpin negara untuk memisahkan antara tujuan bantuan kemanusiaan dengan perbedaan politik.
Afganistan sendiri dijadwalkan untuk memberi pidato terakhir pada hari terakhir Sidang Majelis Umum PBB pada 27 September mendatang, tetapi belum jelas siapa yang akan mewakili negara Asia Selatan itu.
Saat Taliban menguasai Afganistan pada tahun 1996-2001 silam, PBB menolak mengakui pemerintahan mereka. rap/gtp (AP, dpa)

Baca Juga: Taliban Ganti Dubes untuk PBB dan Minta Bicara di Sidang, Dikabulkan?