Suara.com - Pentagon akui salah serang dalam penyerbuan pesawat tak berawak di Kabul pada 29 Agustus. Bukan pentolan ISIS-K yang mereka bunuh melainkan warga sipil.
Menyadur The Daily Beast Minggu (19/9/2021), 10 korban tewas dalam serangan yang menargetkan ISIS-K itu, termasuk 7 anak-anak.
“Investigasi menyimpulkan serangan itu adalah kesalahan yang tragis,” ujar Jenderal Frank McKenzie, kepala Komando Pusat AS, kepada wartawan.
Berdasarkan informasi intelijen yang dia terima, McKenzie yakin serangan itu bisa menghindari ancaman yang akan segera terjadi atas pasukannya di bandara.
Baca Juga: Lembah Panjshir, Benteng Terakhir Perlawanan Afghanistan yang Kini Dikuasai Taliban
"Berdasarkan penilaian itu, saya dan para pemimpin lain di departemen berulang kali menegaskan validitas pemogokan ini.”
“Saya di sini hari ini untuk meluruskan dan mengakui kesalahan kami. Terus terang, kami pikir ini adalah petunjuk yang bagus,” kata McKenzie. “Kami salah.”
Namun, dia bersikeras serangan itu dipertimbangkan dalam konteks situasi di lapangan. “Kami tidak melakukan serangan karena kami pikir kami salah, kami menyerang karena kami memiliki target.”
McKenzie menyampaikan belasungkawa mendalam pada keluarga korban dan mengatakan militer melancarkan serangan dengan penuh pertimbangan.
Ia yakin ISIS-K sedang menyiapkan serangan di bandara di Kabul, menyusul serangan tiga hari sebelumnya yang menewaskan lebih dari 140 orang, termasuk 13 anggota layanan Amerika.
Baca Juga: Afghanistan Kembali Dilanda Rentetan Ledakan, Sejumlah Orang Tewas
Sedan Toyota Corolla putih yang menjadi sasaran drone itu diyakini sarat dengan bahan peledak. Namun, belakangan diketahui bahwa kendaraan tersebut sebenarnya membawa botol air minum.
Pengemudi, Zemari Ahmadi, tidak berafiliasi dengan ISIS atau organisasi teror lainnya. Dia muncul di radar militer ketika berhenti di rumah persembunyian ISIS di dekat bandara, setelah itu drone Reaper mulai membayanginya.
Selama 36 jam sebelum serangan, militer menerima lebih dari 60 informasi intelijen yang menunjukkan ancaman yang akan segera terjadi.
“Salah satu yang paling berulang adalah bahwa ISIS-K akan menggunakan Toyota Corolla putih, sebagai elemen kunci dalam serangan berikutnya,” ungkapnya.
“Jelas, intelijen kami salah pada Toyota putih khusus ini."
AS sekarang menjajaki kemungkinan pembayaran ex gratia atau ganti rugi moneter kepada kerabat para korban, menurut McKenzie.
Laporan akhir dari penyelidikan itu sangat rahasia, kata McKenzie, yang tidak mau berkomentar apakah akan dirilis ke publik atau tidak.