Cerita Jurnalis Perempuan Menyamar jadi Guru: Mama-mama di Pasar Papua Tak Bisa Baca

Jum'at, 17 September 2021 | 18:51 WIB
Cerita Jurnalis Perempuan Menyamar jadi Guru: Mama-mama di Pasar Papua Tak Bisa Baca
Cerita Jurnalis Perempuan Menyamar jadi Guru: Mama-mama di Pasar Papua Tak Bisa Baca.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jurnalis perempuan, Febriana Firdaus tertegun ketika mengunjungi pasar di Papua. Ia melihat banyak mama-mama Papua yang berjualan tanpa memiliki lapak layak ketimbang para pendatang.

Febriana mengatakan kalau kebanyakan yang sudah memiliki lapak itu merupakan pendatang asal Jawa, sama seperti dirinya. Sementara mama-mama yang merupakan anak asli Papua malah harus berdagang di bawah.

"Nah, ini ketimpangan ekonomi, ini rasisme di bidang ekonomi juga gitu loh. Karena harusnya pemerintah memberikan perhatian terhadap mama-mama itu," kata Febriana dalam diskusi bertajuk “Harta Tahta Perempuan Papua” secara virtual, Jumat (17/9/2021).

Selain itu, Febriana juga mengungkapkan kalau mayoritas mama-mama Papua itu mengalami buta aksara. Hal tersebut diketahuinya usai melakukan liputan investigasi dengan menyamar menjadi guru.

Baca Juga: Termajinalkan di Tanah Sendiri, Nasib Mama-mama Papua yang Hidupnya Cuma Jaga Kebun

Jurnalis perempuan, Febriana Firdaus dalam diskusi daring. (tangkapan layar/ist)
Jurnalis perempuan, Febriana Firdaus dalam diskusi daring. (tangkapan layar/ist)

Febriana melihat betapa tingginya semangat mama-mama Papua untuk belajar membaca. Jelas menurutnya banyak kerugian yang didapat apabila mama-mama tersebut tidak bisa membaca.

Menurutnya, mama-mama Papua bakal kesulitan membaca dokumen dari perusahaan-perusahaan atau misalkan membaca laporan yang berhubungan dengan polisi.

"Kalau enggak mereka bisa baca dokumen kalau mereka itu dituduh macam-macam ditangkap polisi, anaknya atau siapapun," ujarnya.

Miris dirasakan Febriana saat melihat mama-mama Papua begitu semangat untuk belajar membaca, tetapi tidak mendapatkan perhatian yang penuh dari pemerintah.

"Mereka itu enggak bisa baca dan saya tuh seminggu ngajarin mereka baca di situ. Sudah lumayan dan saya ngelihat semangat mereka sebenarnya itu luar biasa. Tapi enggak ada akses untuk itu karena tidak diperhatikan juga gitu."

Baca Juga: Sambil Tersedu, Nakes Cerita Kebrutalan KKB Papua di Kiwirok

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI