Kenapa China Kian Agresif Bantu Rezim Taliban di Afghanistan?

Reza GunadhaBBC Suara.Com
Kamis, 16 September 2021 | 16:53 WIB
Kenapa China Kian Agresif Bantu Rezim Taliban di Afghanistan?
Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, kepala politik Taliban Afghanistan, di Tianjin, China, Rabu (28/7/2021). Gambar diambil (28/7/2021). (ANTARA FOTO/Li Ran/Xinhua via REUTERS/HP/sa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - China kian agresif memberikan bantuan dan menyiapkan investasi di Afghanistan setelah kelompok fundamentalis Taliban menguasai negeri tersebut. Apa pasal China menaruh perhatian besar kepada Afghanistan?

Terusan Khyber adalah salah satu rute invasi tersohor di dunia. Jalur terjal nan berbahaya ini membentang sepanjang 32 kilometer dari perbatasan Afghanistan hingga Lembah Peshawar di Pakistan.

Selama 3.000 tahun, pasukan dari berbagai negara dan kerajaan bersusah payah melintas di terusan ini.

Sampai saat ini Anda masih bisa melihat simbol kesatuan militer Inggris yang dirawat secara saksama di sisi jalan. Benteng-benteng yang dulu dibangun oleh militer Inggris pun masih berdiri tegak di kawasan ini.

Baca Juga: Diceraikan Satu Jam Pasca Menikah, Wanita Ini Gugat Mantan Suami Rp663,3 Juta

Dari bebatuan di atas, Anda dapat membayangkan bagaimana suku Pashtun dulu membidik serdadu-serdadu yang melintas dengan senapan lawas mereka.

Akhir-akhir ini, rombongan truk pengangkut hasil pertanian Afghanistan banyak melaju di tikungan-tikungan tajam kawasan tersebut. Terkadang sejumlah pria dan bocah laki-laki menggelayuti bagian samping truk sebagai sarana transportasi.

Tak jarang laki-laki tua berjalan perlahan di jalur setapak yang mengikuti lintasan mobil seraya membawa kardus-kardus berisi barang selundupan.

'Suasana ketakutan dan darurat'

Terusan Khyber berakhir di Torkham - pintu perbatasan paling sibuk antara Afghanistan dan Pakistan.

Beberapa tahun lalu, aparat Pakistan telah memperbaikinya secara total. Kini kerumunan orang yang menunggu di sana mendapat pendampingan lebih baik dari sebelumnya.

Baca Juga: Taliban Berkuasa, Tim Sepakbola Wanita Afghanistan Melarikan Diri ke Pakistan

Namun, suasana ketakutan dan darurat kini mendominasi selagi orang-orag berupaya kabur dari penguasa Afghanistan saat ini, Taliban.

Anda dapat menyaksikan kerumunan orang tersebut dari sisi perbatasan Pakistan. Mereka berjejalan di tengah teriknya matahari sembari melambaikan dokumen dan memohon diizinkan masuk Pakistan.

Rata-rata orang yang diizinkan meninggalkan Afghanistan adalah mereka yang bersama keluarga dengan alasan berobat.

Antrean panjang manusia berikut kursi roda dan koper mereka, maju perlahan melalui berbagai pos pemeriksaan.

Di jalan, tempat perbatasan sesungguhnya berada, sepasang serdadu Pakistan berdiri berhadapan dengan penjaga Taliban yang mengenakan seragam seadanya.

Penjaga Taliban dengan tubuh besar, berjanggut, dan mengenakan masker itu tidak berkeberatan berbincang dengan saya. Saya bertanya kepadanya, mengapa bendera Afghanistan berwarna hijau dan merah tidak dikibarkan di pos perbatasan? Yang dikibarkan justru bendera putih Taliban dengan tulisan syahadat.

"Negara kami sekarang adalah Kekhalifahan Islam dan ini adalah bendera yang benar untuk negeri kami," kata sang penjaga sembari mengembangkan senyum bangga.

Ada beberapa insiden ketegangan, namun secara keseluruhan penjaga perbatasan Pakistan dan Taliban berhadapan tanpa bermusuhan satu sama lain.

Keakraban ini bukan hal aneh bagi warga Afghanistan. Bahkan banyak warga Afghanistan menyalahkan Taliban atas berkuasanya Taliban. Secara tidak blak-blakan mereka meyakini Taliban didirikan dan disokong Pakistan, khususnya lembaga intelijen Pakistan, ISI.

Faktanya, hubungan Pakistan dengan Taliban tidaklah dekat sejak Imran Khan menjadi perdana menteri Pakistan pada 2018. Pengaruhnya terhadap Pakistan juga terlihat menurun.

Kekuatan China

Bagi banyak negara, menjalin hubungan dengan Taliban merupakan hal yang memalukan untuk saat ini. Namun, kelompok tersebut punya keterkaitan dengan Arab Saudi dan sejumlah negara Teluk, meski tidak seberapa dekat.

Negara yang menjalin hubungan paling dekat dengan Taliban adalah China, yang tidak menunjukkan tanda malu-malu sama sekali.

Ketika banyak penduduk Afghanistan mencoba meninggalkan negara mereka, ekonomi Afghanistan tampak akan ambruk seperti terjadi saat Taliban terakhir berkuasa pada 1996-2001.

Karena itu sokongan ekonomi dari China akan diperlukan guna menopang Afghanistan. Bagi China, pemberian sokongan itu akan membuat Beijing dapat mengendalikan kebijakan Taliban.

Kita juga dapat meyakini bahwa Taliban tidak akan menentang China pada topik-topik sensitif seperti perlakuan terhadap umat Muslim dan etnis Uighur.

Pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban merupakan malapetaka bagi Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan negara-negara lain yang membantu Afghanistan selama 20 tahun terakhir. Hal ini juga membuat kebijakan India terhadap Afghanistan mandek total.

India menyuntikkan dana besar dan mendatangkan banyak ahli ke Afghanistan. Berkat hal itu, India punya pengaruh terhadap pemerintahan Hamid Karzai dan Ashraf Ghani—yang memandang India sebagai penyeimbang pada Pakistan. Semuanya kini selesai.

Terakhir kali Taliban berkuasa, mereka dianggap sebagai pariah di antara komunitas internasional. Ekonomi Afghanistan sangat berantakan sampai pada 2001 tidak ada uang untuk membeli bahan bakar minyak. Mobil-mobil yang jumlahnya tak seberapa banyak dibiarkan telantar di pinggir jalan.

Sebagian besar orang tidak mampu membeli generator, sedangkan pemadaman listrik kerap terjadi. Jalan-jalan gelap dan sunyi saat malam, dan pada siang hari penduduk banyak memilih berada di dalam rumah karena takut pada Taliban.

Apakah itu semua akan terulang?

Jawabannya tergantung pada China. Jika Beijing memutuskan bahwa Tiongkok akan mendapatkan manfaat ekonomi dan politik yang mumpuni, maka Taliban akan diangkat dari keterpurukan. Jika tidak, Taliban akan dibiarkan berusaha sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI