Suara.com - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Pertemuan Nasional Kepala Desa bertema "Membangun Ekonomi dan Demokrasi dari Desa" secara virtual, Rabu (15/9/2021).
Dalam sambutannya, Kepala BPIP, Yudian Wahyudi mengatakan, saat ini sudah banyak desa yang menunjukkan contoh-contoh terbaik pengelolaan wewenang dan sumber daya.
Menurutnya, banyak hal positif yang bisa dipelajari dari desa-desa di Indonesia, mulai dari transparansi penggunaan dana desa, isu pemberdayaan masyarakat hingga inovasi layanan.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), lanjut Yudian, memiliki tradisi yang hebat dalam memberikan insentif, penghargaan untuk desa-desa dengan prestasi terbaik.
Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Nasional Bisa Dimulai dari Level Desa, Begini Penjelasan Menteri PDTT
“Kemendes PDTT juga memiliki pendekatan yang menarik, yang secara holistik mengembangkan desa dari berbagai sudut, seperti tangguh bencana dan mengarusutamakan Sustainability Development Goals (SDGs) perkasa PBB ke kebijakan desa,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, desa sering dipandang hanya menjadi penyangga dan penyuplai kebutuhan masyarakat kota, mulai dari tenaga kerja sektor domestik, produk pertanian sehingga tempat untuk menyimpan sampah kita.
"Dalam kerangka berpikir ini, kita sering melihat desa sebagai masa lalu, bahwa suatu saat semua beralih ke kota sebagai masa depan. Secara historis imajinasi politik dan hukum, desa bukanlah ban serep bagi kota, dalam sejarahnya, desa menjadi pusat perlawanan gerilya terhadap kekuatan militer kolonial," tambahnya.
“Imajinasi desa sebagai ruang yang damai dan penuh gotong royong seharusnya tidak dimaknai sebagai romantisasi sejarah saja, melainkan sebagai spirit dan cita-cita bersama sebagai bangsa untuk menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi gotong royong,” kata Yudian.
Sementara itu, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar juga terus berikhtiar menguatkan desa-desa menjadi harapan masa depan Indonesia.
Baca Juga: Kemendes PDTT Tangani Kemiskinan Ekstrem di 35 Kabupaten/Kota, Ini Strateginya
“Seperti yang disampaikan oleh Prof. Yudian tadi, kita tidak lagi menempatkan desa sebagai masa lalu, justru sebaliknya kita harus menempatkan desa menjadi masa depan,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya selalu mengembangkan istilah ruralisasi, atau kembali desa. Menurutnya, dari berbagai kondisi yang dihadapi oleh bangsa dan negara benteng teraman, terbaik dan terkuat adalah desa.
“Termasuk hari ini, ketika bicara tentang kondisi pandemik yang melanda dunia, ternyata desa memiliki daya tahan yang luar biasa bukan hanya urusan kesehatan, bahkan urusan ekonomi pun seluruh sektor mengalami pertumbuhan minus, kecuali pertanian dan semua tahu bicara pertanian adalah kehidupan di desa,” ungkap Gus Halim.