Suara.com - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Netty Prasetiyani Aher mengkritisi adanya kelemahan pada sistem Peduli Lindungi. Mengingat ada catatan sebanyak 3 ribu orang positif Covid-19 berkeliaran ke mal.
Menurut Netty adanya kaporan itu menunjukkan kelemahan pada sistem protokol kesehatan di tempat publik. Padahal seharusnya penjagaan di pintu masuk memperhatikan status masyarakat yang ditandai dengan warna.
“Bagaimana mungkin orang tersebut bisa berkeliaran di mal? Bukankah saat scan barcode dan status mereka berwarna hitam seharusnya dilarang masuk oleh petugas?” kata Netty kepada wartawan, Rabu (15/9/2021).
Netty menduga penjagaan di pintu masuk menuju tempat publik hanya formalitas semata. Mengingat masih lolosnya orang positif Covid-19, padahal sebelumnya sudah melalui deteksi barcode.
Baca Juga: Pakar Sebut Vaksin Masih Efektif Atasi COVID-19 Varian Baru
"Tidak semua penjaga pintu memerhatikan dengan seksama hasil scanning barcode. Bahkan ada mal yang pengunjungnya bisa masuk tanpa melewati deteksi barcode. Ini seperti formalitas saja, bukan benar-benar untuk menyaring pengunjung yang sehat dan tidak," kata Netty.
Sementara itu, Anggota Komisi IX Mufida Kurniasih mempertanyakan konektivitas data Peduli Lindungi dengan Satgas Covid-19 sampai level terkecil, yakni RT/RW dan puskesmas. Seharusnya jika memang terdapat integrasi sistem, lingkungan melalui satgas setempat di level RT bakal melakukan tindakan kepada warganya yang terpapar Covid-19.
"Jadi kita pertanyakan, yang seharusnya isolasi mandiri atau karantina terpusat kenapa bisa jalan-jalan? Apakah data ini tidak diketahui oleh Satgas Covid-19 dan Puskesmas? Atau memang selama ini dashboard PeduliLindungi tidak terhubung ke mereka?" tanya Mufida.
Anggota DPR RI Dapil Jakarta II ini menyebut adanya aplikasi PeduliLindungi adalah usaha untuk semakin masifnya upaya 3T oleh pemerintah.
Mufida mengingatkan agar aplikasi PeduliLindungi dimaksimalkan dalam penggunaannya mengetatkan upaya protokol kesehatan. Ia tidak ingin keberadaan PeduliLindungi sekadar menjadi syarat administratif warga mengakses fasilitas publik.
Baca Juga: Perubahan Iklim Kian Serius, Gus Muhaimin Kampanyekan Politik Hijau
Karena itu ia meminta sosialisasi terkait aplikasi Peduli Lindungi dan kegunaannya terus dilakukan.
"Jangan sampai PeduliLindungi hanya diasumsikan syarat untuk masuk mal dan memanfaatkan fasilitas publik. Aplikasi ini juga harus dimanfaatkan untuk aktivitas yang terhubung dengan test, tracing dan treatment. Terus sosialisasikan apa kegunaan aplikasi PeduliLindungi kepada masyarakat," tutur Mufida.
3 Ribu Orang Positif Covid Berkeliaran
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan masih ada ribuan orang terpapar positif Covid-19 yang keluar rumah, bahkan berjalan-jalan ke mal. Hal itu terdeteksi melalui aplikasi Peduli Lindungi.
Seperti diketahui Peduli Lindungi memeliki kemampuan untuk memantau mobilitas masyarakat yang terpapar Covid-19. Sejauh ini, kata Budi sudah ada 29 juta orang yang registrasi di aplikasi tersebut.
"Kami bisa lihat suprisingly tetap saja ada 3.830 orang yang masuk kategori hitam, hitam itu artinya positif Covid tapi masih jalan-jalan," mata Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (13/9/2021).
Tidak cuman terdeteksi masuk mal, Budi menuturkan bahwa masyarakat positif Covid-19 juga terdeteksi masuk ke fasilitas publik.
"Masih masuk mal 3 ribu orang, masih masuk ke bandara 43 orang, masih naik kereta juga 63 orang, masih masuk restoran 55 orang," sebut Budi.
Budi menegaskan seharusnya masyarakat yang terpapar dan teridentifikasi Covid-19 harus tinggal baik di rumah maupun di tempat isolasi terpusat.
"Dengan demikian kita bisa melacak mereka dan memastikan mereka segera kita ambil untuk kita lakukan isolasi," kata Budi.