Suara.com - Drone atau pesawat nirawak sibuk berseliweran di langit Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sejak Juli 2021.
Melalui pesawat itu, sekelompok orang mengantarkan vitamin dan obat-obatan kepada mereka yang tengah berisolasi mandiri di rumah karena terinfeksi Covid-19.
"Waktu ada drone [datang] ke rumah, masyarakat sekeliling merasa asing. Baru pertama kali melihat [drone]," ujar seorang ibu rumah tangga yang menjalani isolasi mandiri di Kota Makassar.
Sebelumnya, perempuan yang meminta namanya tak disebutkan ini mengaku menggunakan layanan ojek daring untuk mendapatkan vitamin dan obat-obatan.
Baca Juga: Percepat Vaksinasi, Ganjar Minta Daerah di Jateng Habiskan Stok Vaksin dalam Sehari
"Kalau kecepatan, hampir sama ya. Tapi masalah higienisnya yang saya lihat. Saya ini masyarakat biasa, dilayani seperti itu kan merupakan sesuatu yang unik," imbuh dia kepada wartawan Darul Amri yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Hartati, 50 tahun, adalah warga lain yang menerima layanan ini. Bersama seluruh keluarganya, Hartati melakukan isoman sejak pertengahan Agustus lalu.
"Kalau begini, saya tidak menerima obat-obatan langsung dari manusia, seperti dengan Grab [ojek daring]. Menurut saya obat yang dikirim dengan drone lebih steril, itu yang pertama," ujarnya kepada Reuters di akhir Agustus lalu.
"Yang kedua, mengantarkan obat dengan drone berarti pemerintah peduli kepada kami, orang-orang yang terkena Covid."
Keluarga Hartati tinggal di area dengan 80 persen penduduk positif Covid, menurut satuan tugas Covid-19 Makassar.
Baca Juga: Seorang Siswa Dikira Meninggal Karena Vaksin Sinovac, Ternyata....
Ketika paket vitamin dan obat-obatan mendarat di halaman rumahnya hari itu, Hartati menyuruh anak lelakinya, Ariski Saputra, untuk mengambil kiriman dari kotak putih yang tertempel di badan pesawat nirawak.
Setelah Ariski selesai mengambil paket, drone itu kembali terbang ke angkasa.
Drone yang dimodifikasi
Memegang alat pengendali, pria yang mengoperasikan salah satu pesawat nirawak itu adalah Muhammad Dasysyara Dahyar, 35 tahun, dari tim Makassar Recovery Drone Medic.
Tim ini bekerja sama dengan Pemerintah Kota Makassar untuk penanganan Covid-19. Sebelumnya, banyak pasien mengeluhkan lambatnya layanan dengan menggunakan ojek daring.
"Ada satu keluarga, lima orang, mengandalkan pengantaran dengan ojek daring. Tapi ada saat-saat di mana [ojek] responnya lambat, dan kebutuhan vitamin mereka sudah habis," kata Dahyar yang ditemui pada awal September lalu.
Sekarang, kata Dahyar, "Pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah bisa menghubungi kami di call center 112."
Sebelum melakukan pengantaran, tim Makassar Recovery Medic Drone akan terlebih dahulu melakukan survei lapangan melalui Google Map, untuk mengetahui jalur yang akan dilewati.
Tantangan yang kerap mereka temui, sebut Dahyar, banyak instalasi kabel dan jaringan radio yang bisa mengganggu sinyal drone.
"Karena kabel-kabel instalasi listrik itu banyak yang masih belum underground. Jadi ketika survei, kita lihat dulu. Kalau aman, kita lakukan pengantaran dari posko, tapi bila ada kendala kita lakukan pengantaran dari tempat yang lebih dekat, seperti dari pos keamanan," paparnya.
Pesawat-pesawat nirawak ini bisa terbang maksimal tujuh kilometer, dengan ketinggian kurang lebih 500 meter.
Namun, menurut Dahyar, layanan pengantaran obat bagi pasien isoman di perumahan biasanya dilakukan dari jarak tempuh dua kilometer.
Drone yang dipakai oleh Dahyar dan kawan-kawannya sesungguhnya tak didesain untuk membawa paket.
Seperti layaknya pesawat nirawak lainnya, fungsi utama teknologi ini adalah untuk menangkap dan merekam gambar.
Untuk itu, Dahyar dan tim harus melakukan modifikasi. Mereka mencopot kamera utama pada drone, sehingga pesawat mampu mengangkat paket dengan bobot tidak lebih dari dua kilogram.
"Kami pernah mencoba mengangkat beban sampai enam kilogram. Secara teori kapasitasnya empat kilogram, tapi untuk program ini kami batasi hanya sampai dua kilogram. Itu sudah lebih dari cukup untuk mengangkat obat-obatan atau logistik medis," katanya.
Sebuah 'panggilan'
Bergabungnya tujuh anggota tim Drone Medic dengan Pemerintah Kota Makassar ini tak serta merta.
Dahyar mengisahkan kepada Reuters, ide untuk membantu pemkot dengan drone datang setelah mereka mendengar pemerintah membuka program Kapal Apung Covid-19 untuk tempat isolasi masyarakat yang positif Covid.
"Kami bersama teman-teman akhirnya merasa terpanggil untuk memberikan sesuatu yang berupa inovasi di bidang teknologi, terutama teknologi pesawat nirawak atau drone.
"Sebelumnya, kami pernah mencoba mengantarkan barang dengan drone. Akhirnya, kami bisa menggunakan alat ini untuk pencegahan Covid-19. Ini adalah panggilan dan kesempatan baik untuk ambil bagian," sebut Dahyar.
Tujuh anggota tim mengoperasikan lima drone setiap hari. Tiga armada digunakan untuk pengantaran, sementara dua armada lain dipakai untuk memonitor penyekatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Saban hari, setidaknya mereka melakukan lima kali pengantaran. Selama puncak penularan Covid-19 pada Juli lalu, tim bisa melakukan hingga 25 pengantaran dalam sehari.
"Misi ini adalah sebuah kebanggaan. Tidak setiap hari kami dibutuhkan dan bisa berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana untuk mencegah penyebaran Covid-19," ujar Dahyar.
Selain di perumahan, drone juga megantar vitamin dan obat-obatan ke tiga fasilitas isolasi pasien Covid, yakni di Kapal KM Umsini, asrama haji Sudiang, dan Gedung Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK).
Dinilai efektif, layanan ini rencananya akan dipakai untuk meraih pulau-pulau berpenghuni di dekat Kota Makassar.
"Kami sudah merencanakan untuk ke pulau-pulau [di dekat Kota Makassar], karena Medic Drone ini bisa terbang sejauh tujuh kilo, sehingga ke pulau berpenghuni masih bisa," kata Wali Kota Makassar Danny Pomanto.
Per 11 September, menurut situs penanggulangan Covid-19 Kota Makassar, ada sebanyak 1.060 pasien Covid-19 yang masih dirawat dan 9.603 suspek.