Listrik di Lapas Tak Pernah Dirawat, Abainya Negara Bikin Narapidana Sengsara

Senin, 13 September 2021 | 17:36 WIB
Listrik di Lapas Tak Pernah Dirawat, Abainya Negara Bikin Narapidana Sengsara
Listrik di Lapas Tak Pernah Dirawat, Abainya Negara Bikin Narapidana Sengsara. Ilustrasi penampakan Blok C2 di Lapas Dewasa Klas 1 Tangerang, Banten setelah kebakaran, Rabu (8/9/2021). ANTARA FOTO
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peristiwa kebakaran yang terjadi di Lapas Kelas I Tangerang membawa Petrus Hariyanto kembali mengingat ketika mendekam di Lapas Cipinang sekitar 25 tahun lalu. Serupa dengan Tangerang, tahanan politik Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang mendekam di dalam Lapas Cipinang sejak 1996 hingga 1999 itu menyebut kalau listrik di Lapas Cipinang pun tidak pernah dirawat.

Hal tersebut disampaikannya menyinggung dugaan korsleting listrik, penyebab kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang yang telah menewaskan 45 narapidana dan puluhan lainnya luka-luka. 

Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly juga sempat menyebutkan kalau pemeliharaan listrik tidak pernah dilakukan di lapas yang sudah berdiri sejak 1972.

"Zaman dulu di LP Cipinang juga begitu, tak ada pemeliharaan soal listrik. Saya pikir penjara lain sama kondisinya," kata Petrus saat dihubungi Suara.com, Senin (13/9/2021).

Baca Juga: 2 Jenazah Korban Kebakaran Lapas Tangerang Teridentifikasi Lewat Ciri Gigi

Petrus pun mengaku khawatir kalau peristiwa yang menelan hingga 46 korban jiwa tersebut kembali terulang. Sebab kondisi Lapas Kelas I Tangerang itu tidak berbeda jauh dengan kondisi lapas lainnya di Indonesia.

Selain perawatan listrik yang jarang dilakukan, minimnya alat pemadam kebakaran hingga jumlah warga binaan yang melebihi kapasitas sel. Banyaknya warga binaan itu nyatanya mempersulit mereka saat hendak mengevakuasi sendiri lantaran pintu dalam kondisi terkunci dan petugas yang berjaga masih kalah jumlah.

"Saya memperkirakan begitu. Sehingga pertolongan tidak cepat terjadi," ujarnya.

Berlebihnya jumlah warga binaan bukan menjadi cerita di Lapas Kelas I Tangerang saja. Kondisi serupa juga terjadi ketika Petrus masih mendekam di Lapas Cipinang.

Adapun sel yang menampung banyak warga binaan lebih dari kapasitasnya itu khusus untuk kasus kriminal. Mereka-mereka juga tidak bisa memilih ruangan yang diinginkannya karena dompet yang kosong serta kurang perhatian dari keluarga.

Baca Juga: Permintaan Keluarga, Jenazah Napi Asal Portugal Korban Kebakaran Lapas Akan Dikremasi

Untuk satu ruangan saja dikatakannya bisa diisi oleh 50 warga binaan. Alih-alih bisa terlelap, mereka hanya bisa tertidur seperti ikan asin tengah dijemur.

"Mereka menjadi napi yang tidak bisa memilih mau tinggal di sel mana, terserah sipir. Tentu sangat tidak nyaman."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI