Merasa Tertipu dan Hidup Menderita, Warga Jepang Tuntut Korea Utara

Rabu, 08 September 2021 | 13:20 WIB
Merasa Tertipu dan Hidup Menderita, Warga Jepang Tuntut Korea Utara
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. (Foto: KCNA / via AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang warga Jepang yang yang pindah ke Korea Utara pada tahun 1960-an kini menuntut negara Kim Jong Un atas janji palsu 'hidup bagaikan di surganya bumi'.

Menyadur Deutsch Welle Rabu (8/9/2021), Hiroko Saito dan 97.000 warga Jepang lainnya ditipu untuk pindah ke Utara pada 1960-an dengan imng-iming hidup nyaman.

"Kami diberitahu akan pergi ke surganya Bumi, bahwa kami akan memiliki apartemen sendiri, pekerjaan, dan rumah sakit serta sekolah gratis," kata Saito, 80 tahun.

"Mereka memberi tahu bahwa kami tidak perlu membawa apa pun, bahwa semuanya akan disediakan. Mereka terus mengulangi bahwa itu adalah surga."

Baca Juga: Ketahuan Nonton Crash Landing On You, 8 Anak Muda Korea Utara Dihukum Penjara

Saito dan rombongan sampai di Korea Utara dengan kapal dan disambut dengan bocah kekurangan gizi berusia sekitar 6 atau 7 tahun yang memanggil di dermaga.

Seorang perempuan di Korea Utara sedang menuntun sepeda sembari berbicara di ponsel. [Shutterstock]
(Ilustrasi) Perempuan di Korea Utara sedang menuntun sepeda sembari berbicara di ponsel. [Shutterstock]

Saat itu Saito langsung sadar telah ditipu. Sayang, ia tak bisa kembali karena kapal yang membawa ratusan orang Jepang sudah terikat di dermaga Chongjin pada musim panas tahun 1961.

Saito disambut oleh penduduk miskin dan tentara bersenjata lengkap. Situasi segera memburuk.

Kehidupan Saito selama empat dekade berikutnya di Korea Utara adalah kisah tentang kelaparan, penindasan, kekerasan dan kematian.

Ia akhirnya bisa melarikan diri dengan melintasi perbatasan ke China dan kembali ke Jepang pada tahun 2001. Saito bilang dia tertipu.

Baca Juga: Warga Korea Utara Dilaporkan Menculik Anak Orang Kaya Agar Bisa Makan

Dia dan lima pelarian lainnya sekarang menggugat di Pengadilan Distrik Tokyo, yang akan diputuskan pada 14 Oktober atas tanggung jawab pemerintah Korea Utara tentang penderitaan mereka.

Dan sementara penggugat menuntut kompensasi dari rezim Korea Utara, Saito mengatakan kampanyenya bukan tentang uang.

Ia mengatakan ada banyak orang yang masih terjebak di Korea Utara dan tak memiliki kesempatan untuk pergi, termasuk putri bungsunya uang sudah hilang kontak dengannya selama beberapa tahun terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI