Suara.com - Perempuan di Afghanistan berlomba-lomba memborong burqa setelah Taliban mengambil alih negara tersebut pada 15 Agustus 2021.
Menyadur Al Arabiya Sabtu (4/9/2021), seorang pelanggan mengatakan bahwa ia harus membeli pakaian tersebut setelah Taliban mengambil alih di Afghanistan.
"Pada pemerintahan sebelumnya, saya mengenakan jilbab atau pakaian lain yang sesuai," kata Nadia, seorang pelanggan di toko yang menjual burqa.
"Sekarang saya ingin membeli burqa karena setelah kedatangan Taliban, mereka mengatakan bahwa wanita harus menjaga pakaiannya," tambahnya.
Baca Juga: Kemlu Belum Dapat Info Kelompok Teroris di Indonesia Punya Keterkaitan dengan Taliban
Burqa merupakan salah satu jenis pakaian yang menutupi seluruh badan. Pakaian tersebut dilengkapi jaring-jaring di bagian mata untuk melihat.
Sejak mengambil alih Afghanistan dari pemerintahan yang didukung AS, Taliban mencoba menghadirkan wajah yang lebih moderat kepada dunia.
Taliban berjanji akan melindungi hak asasi manusia dan menahan diri dan tidak membalas dendam kepada musuh-musuh lamanya.
Namun, justru banyak laporan yang mengungkapkan bahwa kelompok tersebut justru sangat membatasi hak-hak perempuan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan Taliban mulai membatasi hak-hak perempuan di wilayah yang mereka ambil alih.
Baca Juga: Indonesia Minta Bantuan Taliban Amankan KBRI dan Evakuasi WNI ke Bandara
"Saya... sangat terganggu dengan indikasi awal bahwa Taliban memberlakukan pembatasan ketat terhadap hak asasi manusia di wilayah yang mereka kuasai, terutama yang menargetkan perempuan dan jurnalis," kata Guterres.
"Sangat mengerikan dan memilukan melihat laporan tentang hak-hak yang diperoleh dengan susah payah dari gadis-gadis dan wanita Afghanistan yang direnggut," tambahnya.
Pada hari Kamis, perempuan di provinsi Herat Afghanistan melakukan aksi protes dan menuntut hak-hak dasar bagi perempuan dan anak perempuan.
Para perempuan di wilyah tersebut juga menuntut kepada pemerintah Taliban untuk memberikan hak bekerja dan mendapatkan pendidikan.
Sementara itu di Kabul, para pembela hak-hak perempuan Afghanistan dan aktivis berunjuk rasa di depan istana kepresidenan untuk meminta Taliban mempertahankan prestasi dan pendidikan mereka.