Suara.com - Turki mulai membangun kompleks militer super besar untuk staf pertahanannya yang dijuluki sebagai “Pentagon Turki.”
Menyadur Business Insider Rabu (1/9/2021), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kompleks yang disebut Crescent Star itu akan menimbulkan ketakutan ke musuh-musuh Turki.
Seluruh kompleks akan mencakup total 135,6 juta kaki persegi dengan luas dalam ruangan 9,5 juta kaki persegi dan bisa menampung hingga 15.000 staf, kata Erdogan.
Sementara Pentagon AS memiliki ruang kantor seluas 6,5 juta kaki persegi, dan seluruh area gedung Capitol sudah muat di dalam salah satu dari lima baji Pentagon, menurut Departemen Pertahanan AS.
Baca Juga: Erdogan Minta Sokongan Dana Amerika Serikat untuk Jaga Bandara Kabul di Afghanistan
Berdasarkan kesan seniman, kompleks itu akan mengambil struktur kombinasi perpaduan antara Pentagon, tapi juga meniru model bendera Turki.
Bangunan berbentuk bintang raksasa berfungsi sebagai area pameran dan pintu masuk, sementara gedung bentuk bulan sabit yang luas menyelimuti area luar untuk upacara, lapor Daily Sabah.
Kompleks ini ditargetkan selesai pada Mei 2023 dan akan digunakan oleh staf dari tentara Turki juga Kementerian Pertahanan Nasional.
“Kami akan membangun struktur di sini yang akan menakuti musuh dan memberikan kepercayaan kepada teman-teman kami,” kata Erdogan pada upacara peletakan batu pertama.
Upacara itu diadakan pada peringatan 99 tahun Hari Kemenangan, sebuah peristiwa yang menandai salah satu pertempuran besar dalam perang kemerdekaan Turki pada 1920-an.
Baca Juga: Erdogan Ultimatum Taliban: Hentikan Pendudukan atas Afghanistan
The Crescent Star adalah langkah terbaru Erdogan untuk meningkatkan kekuatan militer Turki, dalam upaya meningkatkan popularitasnya sebelum pemilihan 2023.
Proyek ambisius ini datang kala negara menghadapi inflasi, banjir, dan kebakaran hutan. Turki saat ini fokus pada produksi senjata dan peralatan perang lokal serta desain dan konstruksi kapal perang.
Negara ini juga mengembangkan drone bermuatan yang dibuat untuk menyaingi drone serangan udara Reaper AS.