Suara.com - Abu Bakar Adam, salah satu orangtua korban penculikan di Nigeria kini hidup dalam kemiskinan karena sudah menjual semua asetnya demi membayar tebusan pada penculik.
Adam yang bekerja sebagai tukang tambal ban sudah kehilangan mobil, tanah dan properti lainnya untuk membebaskan 11 anaknya yang diculik.
Menyadur The Cable Rabu (1/9/2021), anak-anak Adam adalah bagian dari 156 siswa dan guru yang diculik di Sekolah Islam Salihu Tanko, di kota Tegina pada 30 Mei.
Komplotan itu menuntut uang tebusan sebesar N 110 juta untuk pembebasan para korban penculikan.
Baca Juga: Hoaks Penculikan Anak Beredar di Gorontalo, Satu Orang Korban Dianiaya Warga
Menurut Reuters, Adam berhasil mengumpulkan N 3 juta setelah menjual propertinya dan mengosongkan tabungannya.
Dia mengirim uang itu bersama dengan keluarga lain tapi setelah mengambil uang tebusan, mereka justru menangkap salah satu pria tanpa membebaskan para siswa.
Sebaliknya, mereka meminta uang lebih banyak dan enam sepeda motor.
“Kami dalam penderitaan. Jujur, saya tidak punya apa-apa lagi,” kata Adam, yang masih belum mengetahui nasib anak-anaknya setelah tiga bulan.
Aminu Salisu, orangtua korban lainnya juga menjual barang-barang di tokonya untuk mendapatkan uang tebusan sedangkan Abubakar Alhassan, Kepala Sekolah Islam Salihu Tanko menjual setengah tanahnya.
Baca Juga: Nenek Diseret dan Diikat Warga Dalam Pasar, Polisi : Tidak Ada Bukti Penculikan Anak
Orang-orang Tegina dikatakan telah mengumpulkan dan membayar N 30 juta tapi para bandit mengatakan uang itu tak cukup.
Gani Adams, Aare Ona Kakanfo dari Yorubaland, mengatakan korban penculikan di wilayah barat daya kehilangan lebih dari N 3 miliar untuk bayar uang tebusan, dalam empat tahun terakhir.
Sebelumnya, Chukwuemeka Nwajiuba, menteri negara bagian untuk pendidikan, mengatakan pembayaran uang tebusan hanya memicu penculikan.