Suara.com - Rumah produksi audio visual asal Indonesia, Watchdoc Documentary berhasil meraih penghargaan Ramon Magsaysay 2021.
Watchdoc Documentary menerima penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori 'Emergent Leadership', Selasa (31/8/2021).
Penghargaan ini diberikan karena film-film dokumenter garapan Watchdoc dianggap masuk ke dalam jurnalisme investigatif, yang menggunakan platform baru dan kreatif dalam menyoroti masalah sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Watchdoc yang dirintis sejak 2009 juga dianggap memberdayakan komunitas yang terpinggirkan dan rentan, serta "menginspirasi kaum muda untuk mencari kebenaran".
Baca Juga: Gubernur Banten Sabet Empat Penghargaan BKN Award 2021
Tak hanya itu, Presiden Ramon Magsaysay, Susan Afan mengatakan, Watchdoc membuat karya yang tak banyak dibicarakan orang.
"Karya-karya Watchdoc mengangkat sesuatu yang tak banyak dibicarakan atau dihindari orang, dan mendistribusikannya kepada generasi baru," kata Susan Afan, Presiden Ramon Magsaysay Award Foundation dari Manila, Filipina.
Bersama Watchdoc, ada empat penerima penghargaan Ramon Magsaysay dari berbagai negara di Asia.
Ada ilmuwan Firdaus Qadri dari Bangladesh yang mengembangkan vaksinasi berbagai penyakit, dan Amjad Saqib dari Pakistan yang menciptakan kredit berbunga nol persen untuk jutaan warga miskin.
Sementara dari Filipina, nelayan bernama Roberto Ballon juga diganjar penghargaan ini atas usahanya menyelamatkan mata pencaharian ribuan nelayan lain lewat gerakan konservasi laut dan pesisir.
Baca Juga: Empat Desa Wisata di Bantul Raih Penghargaan Trisakti Tourism Award 2021
Lalu Steven Muncy yang puluhan tahun bekerja untuk pengungsi perang, bencana alam, hingga konflik sosial di negara-negara Asia Tenggara seperti Myanmar, Laos, Thailand, dan Filipina.
"Selain terkejut dan senang, kami juga merasa bahwa kami belum ‘sejauh’ itu. Namun dengan rendah hati kami menerima penghargaan ini," kata Andhy Panca Kurniawan, pendiri Watchdoc.
Film-film Watchdoc telah didistribusikan melalui berbagai platform, dari kampung ke kampung lewat layar tancap atau nonton bareng, di sekolah-sekolah dan kampus, hingga jejaring bioskop komersial, televisi, dan kini internet.
"Penghargaan ini adalah pengingat bahwa kami semua harus semakin sistematis berupaya menghadirkan realitas di tengah masyarakat. Karena penghargaan ini diberikan kepada organisasi atau lembaga, bukan individu atau film tertentu," ujar Dandhy Laksono yang juga pendiri WatchDoc.
Penghargaan Ramon Magsaysay diambil dari nama Presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1957. Ia dianggap telah membawa Filipina ke masa keemasan dengan iklim demokrasi yang baik dan bebas korupsi.
Beberapa tokoh pernah menerima penghargaan yang telah berumur 63 tahun dan kerap disebut sebagai “Hadiah Nobel versi Asia” ini, seperti Dalai Lama dari Tibet pada 1958 atau Bunda Theresa dari India pada 1962.
Sementara dari Indonesia ada sejumlah nama seperti Gubernur Jakarta Ali Sadikin (1971), budayawan dan agamawan Abdurahman ‘Gus Dur’ Wahid (1993), sastrawan Pramoedya Ananta Toer (1995), serta Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK (2013).
Penghargaan Ramon Magsaysay menggenapi penghargaan internasional sebelumnya yang telah diterima Watchdoc, yakni Gwangju Prize for Human Rights di awal tahun 2021.
Watchdoc adalah rumah produksi atau studio film dokumenter yang telah merilis berbagai film seperti “Sexy Killers”, “The EndGame”, “Kinipan”, “The Mahuzes”, “Asimetris”, dan ratusan karya lain yang sebagian besar dapat diakses secara daring.
Watchdoc juga mengelola unit pelatihan produksi video yang inklusif bagi semua kalangan.