Suara.com - Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono meminta agar protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 diperhatikan saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dilaksanakan di Jakarta. Bahkan guru juga diminta tidak berteriak-teriak saat mengajar.
Hal ini, kata Pandu, perlu dilakukan demi meminimalisir potensi penularan Covid-19. Pasalnya cairan droplet yang dikeluarkan dari mulut terbukti menjadi sarana penularan virus corona.
"Gurunya juga jangan teriak kalau ngajar. sumber penularan kan dari droplet," ujar Pandu saat dihubungi Suara.com, Senin (30/8/2021).
Selain itu, kesiapan fasilitas di sekolah untuk mencegah penyebaran Covid-19 juga harus diperhatikan. Mulai dari sirkulasi udara, ventilasi, penggunaan AC, dan lainnya.
"Buka saja jendelanya, enggak usah pakai AC. Kipas boleh tapi tetap terbuka," tuturnya.
Aturan sedemikian rupa juga harus dibuat demi mengatur aktivitas warga sekolah. Mulai dari pengaturan jam istirahat, jajanan anak, hingga pelajaran yang membuat potensi penularan harus ditiadakan.
"Pakai masker juga ngga 100 persen mencegah. Enggak usah ada pelajaran menyanyi. Waktu istirahat juga gimana, perlu dilihat. Menurut saya, 3 hari per minggu jangan sekaligus," ucapnya.
Meski tiap jenjang dari SD hingga SMA memiliki tingkat kepatuhan yang berbeda, Pandu menyebut taat kepada protokol kesehatan adalah wajib. Jika tak bisa melakukan pengawasan, maka lebih baik tidak usah dijalankan dulu PTM campuran ini.
"Pokoknya jangan dilihat bedanya. selama proses tatap muka, semuanya harus patuh semua," pungkasnya.
Baca Juga: Nyaris 1,5 Tahun Tak Sambangi Sekolah, Ini Kisah Lucu Siswa Bingung Cari Ruang Kelas
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar lagi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di tengah pandemi Covid-19. Rencananya bakal ada 610 sekolah berbagai jenjang di lima wilayah kota administari yang akan kembali dibuka.