Bagi pemuda setingkat SMA, kadang ia ajak untuk praktik langsung bila ada proyek pemasangan panel surya.
Sampai saat ini belum banyak warga yang membuat panel surya untuk kebutuhan energi listrik di rumahnya. Sebab harganya yang masih mahal.
Bli Gusti menuturkan, melalui Bio Solar Farms, ia membantu warga dengan berbagai energi listrik dari tenaga surya itu. Khususnya membantu memenuhi energi listrik untuk pertanian warga.
Kini ia tengah berupaya mengembangkan central microgreens (sayuran hijau).
“Kami ingin sharing listrik agar warga bisa terbantu,” ujarnya.
Saat ini ada warga yang membuat kebun buah-buahan organik, seperti jeruk dan lainnya. Masa pandemi Covid-19, ia bersama rekannya di Bio Solar Farms mengajarkan ibu-ibu di desanya membuat kue yang energi listriknya disuplai dari panel surya.
“Kami ingin membantu petani dengan energi ramah lingkungan,” tuturnya.
Bli Gusti tak mau menyodorkan proposal kepada pemerintah untuk minta bantuan. Ia ingin mengembangkan panel surya dan membantu warga secara mandiri.
“Saya mau mandiri saja mengadakan solar panel,” ucapnya.
Baca Juga: Indonesia Perlu Benahi Pengadaan PLTS Skala Besar Agar Peroleh Harga Listrik Kompetitif
Menurut dia, di Bali secara luas penggunaan panel surya sudah mulai marak. Khususnya, sejak Gubernur Bali menerbitkan Pergub Energi Bersih dan Kendaraan Listrik pada 2019.