Surat Siswi Sekolah Afganistan: Betapa Beruntungnya Kalian di Luar Sana....

Reza GunadhaBBC Suara.Com
Rabu, 25 Agustus 2021 | 20:04 WIB
Surat Siswi Sekolah Afganistan: Betapa Beruntungnya Kalian di Luar Sana....
Wanita Afganistan yang memunyai pengalaman hidup di bawah kekuasaan Taliban era 1990-an. [BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sudah sepekan kelompok fundamentalis Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Banyak warga negeri itu kabur keluar negeri, karena takut terhadap kekejaman milisi.

Di sini, seorang perempuan muda, murid sekolah, berbagi ketakutan akan masa depannya. BBC tak mengungkap identitasnya atas alasan keamanan.

Berikut curahan kegelisahan perempuan muda Afganistan tersebut:

"Ini adalah hari ketujuh sejak negara ini ambruk, presiden melarikan diri, dan Taliban, sekali lagi, berkuasa.

Baca Juga: Bocor! AS Batal Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang

Kami dilupakan...

Ketakutan merayapi seluruh tubuh saya, dan seiring hari berlalu, saya merasakan bagaimana harapan sedikit demi sedikit memudar… digantikan dengan rasa frustasi. Saya hanya bisa melihat kegelapan, ketidakpastian, dan masa depan yang tak terlalu cerah.

Saya pasti akan terbunuh. Saya punya semua alasan untuk dibunuh…

Seperti ini rasanya ketika orang-orang yang kau takuti menguasai negaramu.

Bayangkan berada di sebuah jalan yang panjang, tanpa ujung, dengan cuaca berkabut; sendirian.

Baca Juga: Gelombang Penungsi Afganistan Dikhawatirkan Picu Reaksi Populis Kanan

Saya telah menyaksikan begitu banyak kekerasan dalam hidup, beberapa di antaranya tak akan tertahankan bagi perempuan-perempuan muda lain. Saya bisa mengatasi semuanya, tapi ini…

Wahai dunia, apakah Anda peduli dengan apa yang terjadi di sini? Apakah kami penting untuk Anda? Apakah Anda melihat kami? Benarkah?

Kepada siapa pun yang mendengarkan, siapa pun yang peduli, saya menulis surat ini. Saya mengatakan ini.

Kami menderita di sini, kami dilupakan.

Hidup dalam ketakutan sama saja dengan kematian. Bahkan lebih buruk.

Jika Anda mendengarkan kami, tolong kami. Bantu kami bertahan, dan sekali lagi percaya pada harapan dan bangkit; lebih kuat dari sebelumnya.

Kami menginginkan negara kami kembali. Kami ingin orang-orang kami hidup dengan cara yang mereka inginkan, dengan cara yang pantas mereka terima.

Beritahukan kepada negara-negaramu untuk menghentikan perang — perang itu buruk, kotor, dan tak ada pemenang dalam perang. Hati manusia terlalu kecil untuk menanggung perang, untuk menanggung konsekuensinya.

Kami adalah buah dari perang, hanya perempuan muda yang tenggelam dalam ketidakpastian, ketakutan, keraguan… mencari seseorang untuk membantu kami bertahan. Melihat keluarga kami dan menangis karena tak mampu berbuat apa-apa.

Melihat ke langit dan bertanya kepada-Nya: Apakah Tuhan melihat kami, akankah Engkau menolong kami? Bolehkah saya memiliki harapan, meski hanya sedikit saja!

Wahai dunia, wahai orang-orang yang tinggal di luar sana, betapa beruntungnya Anda! Saya iri pada kehidupan Anda.

Lihatlah kami. Saya dulu memiliki mimpi-mimpi besar, mimpi membantu sesama, dan sekarang saya mencari pertolongan.

Ini adalah perang. Apakah saya akan pernah bisa berkata: Kami telah melewatinya? Kami telah berhasil melaluinya? Bisakah?"


BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI