Kisah Jurnalis AS yang Nyaris Putus Asa Menyelamatkan Penerjemah Afghanistan

Rabu, 25 Agustus 2021 | 10:17 WIB
Kisah Jurnalis AS yang Nyaris Putus Asa Menyelamatkan Penerjemah Afghanistan
R, penerjemah Afghanistan sekaligus rekan wartawan AS Toby Harnden. (Twitter/@tobyharnden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang jurnalis AS yang bekerja untuk The Telegraph dan The Sunday Times secara putus asa curhat di Twitter tentang sulitnya menyelamatkan rekannya untuk keluar dari Afghanistan.

Menyadur New York Post Rabu (25/08) pria bernama Toby Harnden ini memiliki seorang penerjemah warga Afghanistan yang terjebak di Kabul.

Pria yang disebut bernama R ini menguhubungi Harnden dan bercerita tentang keinginannya meninggalkan Afghanistan tapi semua usaha sepertinya sia-sia karena situasi yang semakin kacau dari ke hari.

Harnden telah mengajukan permohonan Visa Imigran Khusus (SIV) untuk warga Afghanistan, tapi dia hanya menerima balasan otomatis yang berbunyi tidak memiliki nomor kasus untuk R.

“Jika dia tertinggal, Taliban akan membunuhnya,” tulisnya.

Setiap hari, R, 29, mempertaruhkan nyawanya untuk pergi ke bandara Kabul sambil bawa aplikasi visa, berharap bisa mendekati seorang tentara AS sehingga Harnden dapat menjaminnya melalui telepon.

R telah menyaksikan orang-orang diinjak-injak sampai mati dan kakinya sendiri terluka di antara orang banyak.

"Kakinya dijahit dan dia bilang baik-baik saja," kata Harnden. “Orang-orang ini tangguh. Dia berusia sekitar 9 tahun ketika Taliban digulingkan tahun 2001. "Dia hidup melalui Taliban dan perang saudara sehingga kaki yang terluka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan hidupnya."

Harnden pertama kali bertemu R di kota utara Mazar-i-Sharif saat melakukan penelitian untuk bukunya, yang keluar 7 September. “Dia memiliki mentalitas jurnalis, yang tidak dimiliki banyak penerjemah,” kata Harnden.

Baca Juga: Warga Afghanistan di Makassar : Taliban dan Ashraf Gani Sama-Sama Kejam

Ia mengatakan R berhasil melacak dua dokter yang menjadi sumber kunci untuk bukunya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI