"Anak-anak yang kehilangan kedua orangtuanya ini rentan mengalami kesedihan mendalam, bahkan bisa menjadi depresi dan stress, tidak mendapat perlakuan yang baik,” katanya.
“Dan [ada] risiko tinggi untuk dinikahkan sejak dini dan juga dieksploitasi … apalagi kalau anak-anak ini jatuh ke tangan yang orang yang tidak bertanggung jawab.”
Kanya dari Kemensos RI mengatakan pernikahan anak-anak di bawah umur sudah terjadi selama ini di beberapa bagian di Indonesia sebagai salah satu cara keluarga untuk llepas dari tanggung jawab dalam mengurusi mereka.
“Proses yang dilakukan pekerja sosial di lapangan adalah untuk mencegah. Bahkan kita berusaha menyampaikan bahwa itu adalah situasi yang buruk sekali untuk anak,” katanya.
“Tapi kalau memang ada kasus-kasusnya di lapangan seperti itu, itu adalah bagian dari keterbatasan kami karena memang tenaga Kemensos sedikit, tapi juga memang ada kebiasaan yang juga sulit sekali dikendalikan di kita di mana hal-hal seperti itu adalah jalan pintas yang diambil.”
Ada ratusan anak minta bantuan
Permintaan bantuan juga disampaikan kepada sebuah kegiatan independen bernama Kawal Masa Depan.
Sejak diluncurkan tiga minggu lalu, organisasi tersebut sudah mendapat bantuan lebih dari Rp1 miliar lewat penggalangan dana secara online.
Dalam jangka panjang, mereka bermaksud memberikan dukungan kepada 10 ribu anak yatim piatu, dan sejauh ini sudah mendapatkan 600 permintaan bantuan.
Kalis Mardiasih, seorang relawan yang membantu program tersebut, mengatakan fokus inisiatif mereka adalah pendidikan dan kebutuhan sehari-hari anak-anak yatim piatu.
“Di batch pertama itu kan fungsinya merespon masa krisis. Jadi kita kasih satu juta rupiah bentuknya, baik yang santunan maupun beasiswa pendidikan,” katanya.
Baca Juga: Bupati Garut Minta Investor Tak Takut Berinvestasi di Masa Pandemi
“Asumsinya adalah ya biar mereka bisa lanjut makan, biar bisa melanjutkan hidup."