Suara.com - Puluhan diplomat Amerika Serikat di Afghanistan pada Juli sudah mengirim telegram internal untuk memperingatkan Menteri Luar Negeri Antony Blinken tentang potensi jatuhnya Kabul ke Taliban ketika pasukan AS menarik diri dari negara itu.
Hal itu diberitakan oleh surat kabar The Wall Street Journal pada Kamis (19/8).
Surat kabar itu menyebutkan bahwa telegram rahasia yang dikirim diplomat AS melalui suatu saluran untuk perbedaan pendapat ditandatangani pada 13 Juli.
Pesan dalam telegram itu menyampaikan rekomendasi tentang cara-cara untuk mengurangi krisis dan mempercepat evakuasi di Afghanistan.
Baca Juga: Konflik Afghanistan dan Taliban, BNPT: Jangan Sampai Terpengaruh Aksi yang Tidak Perlu
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah dikritik karena meninggalkan upaya untuk membawa para diplomat Amerika Serikat dan warga negara lainnya serta sekutu Afghanistan untuk keluar dari negara itu sampai setelah pengambilalihan Taliban berlangsung dengan lancar.
Namun, para pejabat AS menolak untuk mengonfirmasi keterangan spesifik atau membagikan isi dari telegram tersebut.
"Saya pikir telegram tersebut mencerminkan apa yang telah kami katakan selama ini, di mana tidak ada yang benar dalam memprediksi bahwa pemerintah dan tentara Afghanistan akan runtuh dalam hitungan hari," kata wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jonathan Finer kepada CNN.
Seorang narasumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS ikut prihatin dengan mereka yang membuat pesan telegram tersebut, termasuk dengan mengecam kekejaman Taliban menjelang kelompok militan itu merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Minggu (15/8).
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pandangan para diplomat AS itu yang disampaikan kepada Menlu Blinken melalui saluran tersebut telah dimasukkan ke dalam kebijakan dan perencanaan.
Baca Juga: Taliban Sambut China Bangun Lagi Afghanistan
"Kami menghargai perbedaan pendapat internal yang konstruktif. Ini suatu hal yang patriotik. Hal ini dilindungi. Dan itu membuat kami lebih efektif," kata Price. [Reuters/Antara]