Mao menetapkan strategi tiga tahap yang diikuti oleh Taliban dalam buku tersebut.
Tahap pertama adalah invasi awal dan serangan musuh. Tahap kedua adalah konsolidasi musuh. Tahap ketiga adalah serangan balik dan mundurnya musuh.
Seperti yang dikatakan Mao, menghadapi penjajah Jepang: "Perang antara China dan Jepang bukan sembarang perang, ini adalah perang hidup dan mati antara China semi-kolonial dan semi-feodal dan imperialis Jepang..."
Taliban akan mengatakan hal yang sama tentang invasi Amerika di Afghanistan.
'Revolusi bukan jamuan makan malam'
Pasukan Mao sering diremehkan, terutama oleh AS yang kemudian mendukung pemimpinan Nasionalis saingan Mao, Chiang Kai-Shek. Begitu juga, Amerika gagal melihat apa yang ada di depan mereka, meskipun telah memerangi Taliban selama dua dekade.
Ini semua tak dimaksudkan untuk menyangkal kebrutalan Mao atau Taliban.
Memang, kebrutalan merupakan inti dari doktrin Mao, seperti ungkapannya yang terkenal: "Revolusi bukanlah jamuan makan malam'.
Satu dekade lalu, dalam sebuah makalah untuk Carnegie Institute, ilmuwan politik dan spesialis Afghanistan Gilles Dorronsoro menjelaskan apa yang dilakukan AS keliru dan mengapa nantinya Taliban akan menang.
Taliban, tulisnya: "Memiliki strategi dan organisasi yang koheren untuk menerapkannya. Mempercayai hal sebaliknya, seperti ditunjukkan beberapa analis AS, adalah tindakan meremehkan musuh secara berbahaya."
Dorronsoro menetapkan peta jalan Taliban kembali ke kekuasaan berdasarkan ketahanan dan kemampuan untuk membangun kembali kekuatan.