Suara.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa ada masalah berat yang saat ini dihadapi, yakni berkaitan dengan hubungan agama dan ekonomi. Permasalahan berat itu muncul di tengah tiga fenomena besar.
Muhaimin menyebutkan tiga fenomena itu, pertama ialah kemajuan teknologi baru terutama teknologi informasi yang mengubah cara kerja dan pola pikir. Bersamaan dengan itu kata Gus Ami teknologi tidak hanya melahirkan cara kerja baru, model kerja dan tata kelola kehidupan yang baru tetapi juga tata kelola kehidupan sosial yang baru.
"Perhubungan dengan barat, ekonomi yang sangat nyata. Abad 21 ini menghadapi ketegangan-ketegangan yang sangat nyata. Di mana, agama menjadi kekuatan yang dahsyat, menjadi realitas kekuatan yang besar, tapi sekaligus memiliki kenyataan fakta negatif karena agama dianggap hambatan karena kekerasan dan fundamentalis," kata Gus Ami dalam pidato kebangsaan di YouTube CSIS Indonesia, Kamis (19/8/2021).
Di sisi lain,kata Gus Ami pada realitasnya ekonomi pasar ternyata menentukan semua hal, termasuk menjustifikasi apakah agama memiliki peran dan manfaat bagi kemajuan atau agama hanya menjadi penghambat kemajuan. Bahkan lanjutnya di berbagai negara di Eropa maupun Amerika pada umumnya terjadi konflik besar antara pandangan ekonomi dengan agama.
Baca Juga: Penista Agama Jozeph Paul Zhang Belum Ditangkap, Polisi Ungkap Kendala
"Apalagi di Eropa, pengalaman menunjukkan agama terutama Islam adalah ancaman dan Islamofobia menjadi fakta, banyak kepala negara yang menang itu kampanye anti islam. Sementara di sisi lain memang muncul gerakan radikalisme, terorisme yang mengatasnamakan Islam di beberapa belahan dunia," ujar Gus Ami.
Gus Ami menceritakan bagaimana ia sendiri mengalami dan merasakan hal tersebut. Mengingat PKB terlibat di dalam CDI (Centrist Democratic International). Di mana terdapat banyak kepala partai politik sedunia terbanyak berasal dari negara di Eropa,
"Rata-rata mereka partai politik yang menang di Eropa terutama negara-negara yang menjadi pemenangnya yang partai-partai anti Islam. Nah setelah saya masuk di CDI saya menyaksikan langsung betul conflict of civilization itu terjadi, di mana kesalahpahaman perbedaan dan kecurigaan yang keras antara agama dan barat," kata Gus Ami.
"Kemudian mengkristal menjadi persepsi negatif di kalangan gerakan Islam, dan Islam menjadi negatif di kalangan mereka," sambungnya.
Setelah PKB masuk, Gus Ami menceritakan bahwa dirinya turut membuka pandangan baru mereka tentang Islam yang sesungguhnya terutama di Indonesia. Gus Ami menjelaskan bahwa Islam tidak seperti yang dipersepsikan banyak kepala partai politik di Eropa.
Baca Juga: Elite PDIP Sebut Covid Tentara Siluman, Menag Yaqut: Pilihannya Hanya Diperangi
"Mereka terbelalak dan melihat Islam Indonesia itu berbeda sekali dengan apa yang terjadi di belahan negara manapun. Bahkan akhirnya pada tahun lalu saya kumpulkan semuanya di Jakarta, ketemu presiden, dan saya bawa ke pesantren, mereka banyak dari PM ikut hadir, mereka lihat langsung Islam Indonesia, Islam Rahmatan Lil Alamin kemudian mereka terkaget-kaget, ohh berbeda ternyata," tutur Gus Ami.
Menurut Wakil Ketua DPR itu, hal tersebut yang bisa menjadi modal besar Indonesia untuk mengatasi keadaan pada hari ini dan masa yang akan datang, terutama dalam menghadapi pasca krisis pandemi.
"Bahkan, kita harus melihat fakta kekuatan politik yang berbendera agama pun mengalami transformasi dan perubahan cara kerja, yang kelompok radikal tentu akan melakukan pola dan cara kerja yang berbeda yang harus disiapkan dialektikanya, dialog yang produktif dan kondusif. Sehingga antara kecurigaan kekuatan ekonomi global dengan Islam atau Islam dengan negara-negara Barat itu menjadi dialog yang produktif," tandasnya.