Profil Zarifa Ghafari, Wali Kota Pertama di Afghanistan yang Kini Menanti Maut

Rabu, 18 Agustus 2021 | 16:02 WIB
Profil Zarifa Ghafari, Wali Kota Pertama di Afghanistan yang Kini Menanti Maut
Zarifa Ghafari. (Facebook/Zarifa.Ghafari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika Taliban berhasil menduduki Kabul, ada sesosok wanita yang menjerit putus asa karena menyadari ajalnya akan segera tiba, ia adalah Zarifa Ghafari.

The Sydney Morning Herald melaporkan wanita ini sebagai salah satu target tingkat tinggi Taliban karena sepak terjangnya dalam pemerintahan Afghanistan.

Lalu siapa Zarifa Ghafari dan bagaimana latar belakangnya hingga dijadikan target utama oleh milisi Taliban?

Zarifa Ghafari adalah salah satu wali kota wanita pertama di Afghanistan. Wanita 29 tahun ini memimpin kota konservatif Maidan Shar, barat daya Kabul.

Baca Juga: Seperti Apa Afganistan Setelah Dikuasai Taliban? Kembali ke Masa Lalu

Ia pernah lolos dalam tiga percobaan pembunuhan Taliban yang semuanya digagalkan oleh pasukan keamanannya. Ghafari diangkat menjadi wali kota diusia yang cukup muda, 26 tahun.

Zarifa Ghafari dan ayahnya. (Facebook/Zarifa.Ghafari)
Zarifa Ghafari dan ayahnya. (Facebook/Zarifa.Ghafari)

Sayangnya, ia sempat dilarang menjabat selama 9 bulan. Protes dan ancaman terus berdatangan di masa kepemimpinannya. Isu yang memberatkan selalu sama, yaitu usia dan jenis kelaminnya sebagai seorang wanita.

Selama tiga tahun ia terbukti bisa melanjutkan pekerjaannya dan pada bulan Mei, ia mengatakan pada majalah Time bahwa bekerja sebagai wali kota bukan melulu soal kekuasaan.

"Bekerja sebagai wali kota wanita, itu dan selalu, hanya untuk mencoba membuktikan kekuatan wanita," ujarnya.

Sampai pemerintah Afghanistan runtuh minggu ini, ia adalah direktur Departemen Dukungan Ibu, Korban dan Tawanan Perang di Kementerian Pertahanan Afghanistan.

Baca Juga: Mengungsi karena Taliban: Kami Dikhianati Militer Afganistan dan NATO

Selama 4 bulan mengabdi, ia tak dibayar karena bantuan internasional ditarik. Ia juga mengatakan para tentara tak menerima bayaran dengan alasan yang sama.

Zarifa Ghafari di pemakaman ayahnya. (Facebook/Zarifa.Ghafari)
Zarifa Ghafari di pemakaman ayahnya. (Facebook/Zarifa.Ghafari)

Dengan direbutnya Kabul oleh Taliban, Zarifa Ghafari kini menyadari, dirinya berada dalam ambang kematian. Ia berusaha lari dari kantornya ketika Taliban menguasai ibu kota Afghanistan itu.

Dalam sela-sela pelariannya, penerima penghargaan International Woman of Courage dari Departemen Luar Negeri AS ini sempat menyebut rindu pada rumahnya.

“Itu adalah rumah sewa, tapi itu masih rumah saya, saya bekerja untuk itu. Saya memiliki kamar tidur, barang-barang saya di sana, boneka beruang saya. Saya memiliki segalanya di sana. Saya tidak yakin apakah saya bisa kembali bahkan sekali”.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI