Suara.com - Taliban merebut dan menguasai ibukota Afghanistan, Kabul, pada 15 Agustus lalu atau 20 tahun setelah mereka digulingkan Amerika Serikat dan sekutunya dari kekuasaan. Seperti apa kehidupan di kota itu setelah dikendalikan Taliban?
Pasukan Taliban ada di berbagai titik di Kabul, termasuk di pos-pos pemeriksaan yang dulunya merupakan barikade polisi atau tentara Afganistan.
Kepanikan tidak begitu terlihat di Kabul, Senin (16/08). Ini berbeda dengan satu hari sebelumnya,
Pada Selasa (17/08), jalan-jalan masih kosong, sangat sedikit kendaraan di jalan raya.
Baca Juga: Berapa Uang dan Nyawa Warga Amerika Cs yang Tersia-sia di Afganistan?
Warga takut dan merasa kondisi dapat berubah menjadi buruk kapan saja, jadi mereka memilih untuk tetap tinggal di rumah.
Kondisi di tengah kota Kabul ini sangat berbeda dengan bandar udara, tempat banyak orang berbondong-bondong dan mencoba meninggalkan Afghanistan.
Di sejumlah lokasi, pasukan Taliban mengatur lalu lintas. Mereka menggeledah mobil, terutama kendaraan yang dulunya milik polisi dan tentara.
Mereka telah mengambil semua kendaraan itu dan menggunakannya.
Kalaupun ada orang yang mengaku Taliban mengendarai kendaraan itu, dia tetap dihentikan di pos pemeriksaan.
Baca Juga: India Evakuasi Dubes dan 170 Warganya Dari Afghanistan
Pasukan Taliban berkata kepada kami bahwa mereka ingin memastikan para pengendara itu bukan penjarah atau pencuri yang menyamar sebagai anggota Taliban.
Sementara itu yang terjadi di bandara adalah sebuah 'bencana'. Ada banyak keluarga, terdiri dari anak-anak, orang tua, orang muda, semuanya berjalan di jalur pesawat sepanjang dua kilometer.
Mereka berjuang melarikan diri dari Afganistan. Sebagian besar dari mereka hanya menunggu, di sekitar bandara. Jumlah mereka lebih dari 10.000 orang.
Di dekat gerbang masuk utama bandara, pasukan Taliban dengan senjata berat terlihat mencoba membubarkan kerumunan dengan menembak ke udara.
Orang-orang yang ingin masuk lalu memanjat tembok, gerbang, bahkan kawat berduri. Setiap orang mendorong untuk masuk.
Kami berbicara dengan seorang saksi mata yang terjebak di bandara pada hari Minggu lalu. Dia memiliki jadwal penerbangan ke Uzbekistan, tapi pesawat itu batal terbang.
Para pimpinan dan karyawan bandara telah kabur dari tempat kerja mereka.
Orang-orang datang ke bandara tanpa tiket atau paspor. Mereka berpikir bisa naik pesawat apa saja dan bisa terbang ke tempat lain di dunia, kata seorang saksi mata.
Ribuan orang terjebak di dalam bandara, tanpa makanan atau air. Ada banyak perempuan, anak-anak, dan difabel.
Pusat kota tenang
Namun jika Anda pergi ke pusat Kabul, kehidupan tampak normal. Lalu lintas terlihat lengang. Sebagian besar toko tutup.
Meski begitu, warga tampak jauh lebih tenang daripada hari-hari sebelumnya, saat banyak orang terlihat sangat marah. Ketika itu terjadi kemacetan yang parah.
Saya hanya melihat beberapa perempuan di jalan, beberapa dari mereka berjalan tanpa pendamping. Beberapa perempuan mengenakan burka biru, tapi saya juga melihat beberapa mengenakan masker wajah dan jilbab. Dan pasukan Taliban terlihat tidak mengusik mereka.
Di jalanan sama sekali tidak terdengar alunan musik. Biasanya hotel memainkan musik, tapi itu tak terjadi lagi. Staf hotel terlihat takut.
Namun, kota ini masih terus berjalan. Nuansanya tenang. Saya belum berbicara dengan banyak penduduk, tapi sopir taksi lokal yang mengantar saya berkata dia tidak ambil pusing soal Taliban yang kini menguasai negara.
Anehnya, saya melihat orang-orang menyapa milisi Taliban. Mereka antara lain mengatakan, "Halo, lebih banyak kekuatan untuk Anda, semoga berhasil".
Pasukan Taliban juga tampak bahagia. Saya berbicara dengan beberapa dari mereka, termasuk yang sedang berpatroli.
Kami mencoba masuk ke istana kepresidenan tapi mereka tidak mengizinkan kami. Mereka bilang kami butuh izin dari komando yang lebih tinggi. Namun para milisi yang saya lihat itu ramah kepada kami.
Saya sebenarnya agak takut kemarin, cemas akan terjadi kekerasan dan hal-hal lainnya. Tapi untungnya tidak terjadi apa-apa.
Kota ini begitu sunyi dan tenang. Saya tidak percaya bahwa kekuasaan atas ibu kota Afganistan ini telah berpindah tangan setelah 20 tahun. Semuanya begitu sunyi.