Lika-liku Wong Cilik untuk Bertahan Hidup di Masa Pandemi, Berharap Kondisi Kembali Normal

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Selasa, 17 Agustus 2021 | 20:33 WIB
Lika-liku Wong Cilik untuk Bertahan Hidup di Masa Pandemi, Berharap Kondisi Kembali Normal
Teja (21), seorang penjual kopi keliling atau sering disebut starling ini mulai berjualan pada awal pandemi 2020. (Suara.com/Ivanka)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mila (44), terpaksa keliling seraya membawa ondel-ondel dengan anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Ibu rumah tangga ini nekat terjun keliling jalan dengan membawa ikon Ibu Kota karena pekerjaan suaminya sebagai tukang ojek tidak cukup untuk menghidupi dia dan dua anaknya.

Penghasilan suaminya sebagai tukang ojek kata Mila sangat menurun karena kebijakan yang sempat dibuat pemerintah, yakni PPKM Darurat.

“Saya mulai pekerjaan ondel-ondel ini saat awal pandemi, sebelumnya hanya jadi ibu rumah tangga saja. Sekarang pekerjaan suami sebagai ojek nggak cukup, makannya saya memilih pekerjaan ini juga untuk menambah penghasilan,” kata Mila saat diwawancara pada, Selasa (17/08/2021).

Selain itu, dia juga mendapatkan bantuan sosial berupa sembako dan bantuan uang untuk pendidikan anaknya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Menurun 41,6 Persen dari Puncak Lonjakan Akibat Varian Delta

Pengamen Ondel-Ondel menari melintasi Jalan Raya Keadilan, Depok, Jawa Barat, Selasa (25/9/2019). [ANTARA/Yulius Satria Wijaya]
Pengamen Ondel-Ondel menari melintasi Jalan Raya Keadilan, Depok, Jawa Barat, Selasa (25/9/2019). [ANTARA/Yulius Satria Wijaya]

Bantuan pendidikan diberikan berdasarkan jumlah anak dan diberikan empat bulan sekali sebesar Rp 500 ribu.

Mila juga menjelaskan bahwa dia merasa sangat dibantu oleh rakyat saat ngamen menggunakan ondel-ondel, tak hanya diberi uang saja, banyak yang memberi bantuan nasi kotak tiap harinya.

“Tidak berharap lebih, saya hanya ingin kondisi kembali normal sehingga nggak perlu lagi keliling membawa ondel-ondel. Terutama pemerintah harus bisa cepat mengendalikan pandemi,” tambah Mila.

Sementara Teja (21), seorang penjual kopi keliling atau sering disebut starling ini mulai berjualan pada awal pandemi 2020. Teja mengatakan pekerjaan kopi keliling ini untuk menghidupi orang tua dan adiknya di rumah.

Sebelum pandemi, ia bekerja di perusahaan sebagai office boy.

Baca Juga: Singapura Bersiap Jalani Hidup dan Mati Bersama COVID-19, Bagaimana Indonesia?

“Terpaksa jualan kopi keliling, sih, karena keadaan. Dulu kerja jadi office boy tapi di PHK karena pandemi ini,” kata Teja.

Meski harus mgayuh sepeda di jalan ibu kota, Teja tetap bersyukur masih dapat bantuan langsung dari pemerintah. Ia mendapatkan Bantuan Sosial Tunai (BST) dua bulan sekali sebesar Rp 600.000 ribu.

Adapun pekerjaan yang dilakukan bersama-sama di jalanan seperti komunitas Angklung Sonika yang berada di lampu merah Bekasi Timur ini dilakukan oleh sekumpulan anak muda untuk bertahan hidup di masa pandemi.

Senang Menghibur

Komunitas Angklung Sonika harus merantau ke Jakarta dari daerah asalnya Purwokerto. (Suara.com/Ivanka)
Komunitas Angklung Sonika harus merantau ke Jakarta dari daerah asalnya Purwokerto. (Suara.com/Ivanka)

Ari (21), anggota komunitas Angklung Sonika harus merantau ke Jakarta dari daerah asalnya Purwokerto. Pandemi Covid-19 membuat dirinya kesulitan mendapatkan uang untuk keperluan sehari-hari, terlebih tidak banyak lowongan pekerjaan di sana.

Meski pendapatan setiap harinya tidak menentu, Ari selalu memberikan setengah hasilnya kepada orang tuanya di Purwokerto.

“Meskipun menjadi pengamen Angklung ini nggak memberikan banyak pemasukan, saya tulus banget ngejalaninnya karena menghibur pengendara ketika berhenti di lampu merah selama mengamen,” kata Teja.

Ari kemudian berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib mereka. Selain itu, mereka juga ingin ada program pemerintah yang benerar berpihak pada lulusan SMK. (Aulia Ivanka Rahmana)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI