Pencitraan Berujung Blunder
Fathul mengingatkan bahwa tradisi Jokowi mengenakan pakaian adat bisa saja dinilai sebagai bentuk pencitraan oleh masyarakat yang memang sejak awal tidak senang. Ia menyebut masyarakat yang tidak suka itu bisa saja berasal dari terpolarisasinya politik sejak beberapa tahun terakhir.
Masyarakat kata Fathul, akan balik bertanya mengapa kemudian Jokowi kerap menggunakan pakaian adat di beberapa kesempatan tertentu dan kenapa tidak menggunakan pakaian formal pada umumnya. Apalagi jika sikap Jokowi itu sudah dinilai berlebihan atau over acting.
"Karena khawatir pencitraan itu yang memang sah-sah saja itu akan jadi blunder pada Jokowi sendiri. Kalau bahasa gampangnya over acting, orang ini over acting kan gak enak pada akhirnya,"
Namun sejauh ini, Fathul menganggap bahwa apa yang dilakukan Jokowi masih dalam batas wajar. Di mana Jokowi berpenampilan dengan busana adat hanya di momen-momen tertentu dan tidak terkesan tiba-tiba.
"Kalau saya melihatnya masih standar. Cuma kemudian ada beberapa yang belum begitu memuaskan di beberapa hal saya kira belum memuaskan. Sehingga apa yang disampaikan itu sering kali kok gak konsisten sih secara personal sendiri gak masalah biasa dengan gaya Jokowi biasa," kata Fathul.
Ingin Ditunjukkan
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin melihat ada hal yang ingin ditunjukan Presiden Joko Widodo lewat penampilannya saat menghadiri Sidang Tahunan MPR.
Jokowi yang berbusana adat Suku Baduy dinilai ingin tunjukan kepedulian terhadap rakyat kecil dan masyarakat adat Baduy.
Baca Juga: Korupsi Proyek Tol Laut Era Presiden Jokowi Terbongkar, Negara Rugi Miliaran
"Mungkin Jokowi ingin menunjukan dan kepeduliannya terhadap rakyat kecil, termasuk rakyat pedalaman seperti masyarakat adat Baduy," kata Ujang dihubungi, Selasa (17/8/2021).